Hikmah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Isra Miraj
Dok.Gempita

Gempita.co – Umat Islam memperingati Isra’ Miraj yang jatuh pada hari ini, 8 Februari 2024 atau 27 Rajab 1445. Isra’ Mi’raj mengandung sejumlah hikmah yang sangat dalam yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut 8 hikmah di balik peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, sebagaimana dikutip dari NU Online:

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Ajaran untuk bersikap tawadhu

Sebagaimana tersebut dalam ayat pertama surat Al-Isra’, yang mengisahkan peristiwa Isra’ Mi’raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad adalah ‘abdun yang berarti hamba.

Penyebutan kata ‘abdun dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi. Asal mula penyebutan ‘abdun berawal ketika Nabi Muhammad saw diberikan pilihan oleh Allah melalui Malaikat Jibril, untuk memilih ingin menjadi nabi sekaligus raja atau menjadi nabi sekaligus hamba.

Kemudian Nabi lebih memilih menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa status kehambaan merupakan derajat paling agung di sisi Allah.

Pembekalan dakwah untuk Rasulullah

Isra’ Mi’raj menjadi salah satu pembekalan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dalam menempuh perjalananan dakwahnya. Sebagaimana diketahui bahwa sejak lahir, Nabi Muhammad telah banyak mendapatkan kesedihan, yang tak lain adalah pembekalan dari Allah untuk mengasah ketangguhannya.

Bahkan setelah Isra’ Mi’raj, tepatnya pascahijrah ke Madinah, hambatan dakwah Rasulullah lebih berat. Peristiwa perang badar, perang uhud, perang mu’tah, dan perang-perang lainnya adalah fakta sejarah bahwa perjuangan dakwah Nabi periode Madinah penuh tantangan dan berliku.

Teguh memegang prinsip dan menyampaikan kebenaran

Hal itu yang diajarkan Nabi Muhammad sepulang Isra’ Mi’raj. Saat pagi setelah malam Isra’ Mi’raj, Nabi mengabarkan peristiwa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Praktis, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar yang dinilai tidak masuk akal itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.

Meski begitu, Nabi tetap menyampaikan kabar peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialaminya dengan terus terang sekalipun harus dibalas dengan cacian dan ejekan dari orang-orang musyrik. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Katakanlah kebenaran walau pahit.”

Menerima pendapat orang lain

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa umat Islam wajib menerima pendapat, ajaran, dan masukan dari seseorang dengan tidak melihat dari tua-mudanya usia, tinggi rendah pangkat/jabatannya, atau tinggi rendahnya pendidikan formal. Tetapi dengan catatan, pendapat atau masukan itu adalah kebenaran dan mengandung keteladanan.

Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad.

Pemantapan level keyakinan Nabi SAW

Sebelum Mi’raj, Nabi Muhammad hanya mendengar informasi terkait surga, neraka, dan hal-hal ghaib lainnya melalui wahyu. Ini namanya ‘ilmul yaqin, Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung.

Ketika Mi’raj, Nabi Muhammad melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. Ini namanya ‘ainul yaqin. Ketika seseorang sudah sampai pada ‘ainul yaqin, maka kemantapan atas apa yang diyakininya semakin kuat.

Pentingnya menjaga shalat

Malam Isra’ Mi’raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril, sebagaimana syariat-syariat lainnya. Ini menunjukkan betapa shalat memiliki kedudukan sangat penting bagi umat Islam.

Makanlah makanan yang baik dan halal

Nabi Muhammad mengajarkan untuk mengonsumsi makanan yang baik lagi halal. Ketika Nabi Muhammad diberi pilihan antara air susu dan khamr saat Mi’raj, Nabi lebih memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah).

Melihat keistimewaan Masjidil Aqsa

Dalam perjalanan Isra’, Masjidil Aqsa yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya Mi’raj atau naik ke Sidratul Muntaha. Ini merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Kakbah. Pahala shalat di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) 500 kali lipat dibanding masjid biasa.(red/nu)

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali