Mataram, Gelora.co – Di Laboratorium Hepatika Bumi Gora Mataram, Nusa Tenggara Barat, belakang ini terlihat kesibukan luar biasa. Sejumlah petugas laboratorium tengah berjibaku memproduksi alat rapid test.
Ruangan laboratorium berukuran 12×10 meter persegi tampak padat oleh 12 personel tim produksi rapid test yang dipimpin Profesor Mulyanto, Kepala Laboraturium Hepatika Bumi Gora Mataram.
“Rapid test ini kami beri nama RI-GHA Covid-19. Nama itu singkatan dari Republik Indonesia-Gajahmada, Hepatika, Airlangga. Karena ini merupakan kerja kolaborasi. Kami di Hepatika memproduksi alat rapid test Covid-19 ini. Dua universitas ternama itu yang akan menguji validasi alat ini,” kata Mulyanto kepada Antara di Laboraturium Hepatika Mataram, Senin (22/6/2020).
Proses pembuatan RI-GHA Covid-19. Metode yang digunakan sederhana, tetapi diyakini memiliki akurasi yang tinggi.
“Bukan hanya itu, rapid test buatan kami ini murah dan harganya terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Kami mematok harga Rp 75.000 per paketnya. Dapat diandalkan dan tak kalah dengan alat-alat rapid test buatan luar negeri,” kata Mulyanto.
Kemampuan RI-GHA Covid-19 dapat diandalkan karena uji validasinya sudah selesai dilakukan oleh Universitas Gajah Mada dan Airlangga. Rencananya Juli mendatang RI-GHA Covid-19 siap dijual ke pasar. Saat ini puluhan ribu paket RI-GHA Covid-19 sudah mulai dipesan oleh berbagai pihak.
Mulyanto menjelaskan, awal mula membuat RI-GHA Covid-19 ketika Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) RI melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menugaskan Mulyanto membuat rapid test.
“Karena kami sudah punya pengalaman membuat berbagai alat rapid test untuk hepatitis B, HIV Aids, DBD, tes kehamilan, tes urine, dan sekarang kami mendapat tugas dari Kemenristek melalui BPBT untuk membuat rapid test untuk Covid-19. Itu sekitar pertengahan April 2020 lalu, waktunya sangat singkat, tetapi karena kebetulan kami sudah biasa membuat rapid test, hingga kami membuat RI-GHA Covid19,” kata Mulyanto
15 Menit Hasilnya Keluar
Selain harganya yang murah, RI-GHA Covid-19 memiliki keunggulan, yaitu desainnya yang sederhana.
Hal itu membuat setiap orang bisa dengan mudah menggunakan alat tersebut dan dapat mengetahui hasilnya dalam 15 menit.
KetuaTim Riset Laboratorium Hepatika yang juga terlibat dalam pembuatan rapid test RI-GHA, Dr Sulaiman Ngongu Depamede menjelaskan, rapid test ini tampak seperti rapid test pada umumnya.
Hanya saja di bagian atas terdapat tulisan huruf dan angka. Paling atas hurup C yang artinya control, kemudian ada angka 1 (imuno glugolin G) dan angka 2 (imuno glugolin M).
Dalam proses rapid test, dari darah yang diteteskan dan dicampurkan dengan tetesan atau cairan bufer, akan memproses reaksi setelah penetesan sampel darah atau sampel serum/plasma. Dalam 15 menit hasilnya bisa langsung terlihat.
Apabila garis darah berada di hurup C, artinya non-reaktif. Jika hasilnya di angka 1 berarti seseorang reaktif.
“Jika diangka 2 menunjukkan seseorang terpapar Covid-19 sekitar tiga hari sampai tiga minggu. Jadi mengunakan RI-GHA Covid-19 kita bisa mengetahui kapan terpapar Covid-19,” kata Sulaiman.
Dalam kesempatan itu Sulaiman juga menunjukkan langsung cara kerja RI-GHA Covid-19.
Pantauan Kompas.com dari ruang laboratorium yang diresmikan tahun 1987 itu, cara kerja RI-GHA Covid-19 terlihat jelas dan cepat. Dalam waktu 15 menit hasilnya langsung bisa terlihat.
Karena harganya yang terjangkau, setiap orang bisa secara rutin mengunkan RI-GHA Covid-19.
Maskipun hasil rapid test tidak bisa dijadikan patokan apakah terjangkit Covid-19 atau tidak, minimal seseorang bisa memantau kondisi mereka secara mandiri.
Masyarakat juga dapat melakukan isolasi mandiri jika hasil yang dikeluarkan RI-GHA Covid-19 menunjukkan reaktif.
“Jadi saya rutin rapid test, siapa pun bisa melakukan tes secara rutin layaknya tes penyakit lainnya. Alat ini didesain simple, mudah dibawa, dan bisa dilakukan secara mandiri. Keunggulannya di sana jika dibandingkan dengan buatan luar negeri yang harganya mahal,” kata Sulaiman.
Harga jual RI-GHA Covid-19 sangat dimungkinkan untuk bisa lebih murah.
Asal bahan baku pembuatan bisa diproduksi sendiri di dalam negeri. Saat ini sebagian bahan baku masih diimpor dari China.
Kemandirian Bangsa
Temuan rapid test ini adalah bagian dari upaya membangun kemandirian bangsa, terutama dalam bidang kesehatan.
Ada nilai yang mungkin tidak ternilai, di mana setelah ada Covid-19, mulai dari rakyat jelata, peneliti, dan ilmuan, bergerak ingin mengatasi wabah ini.
“Saya belum pernah lihat selama saya menjadi dokter 46 tahun silam, baru kali ini saya merasakan semangat bergerak semua mau mengatasi ini. Semangat yang sama luar biasanya, ini momen yang bagus agar kita bisa mandiri dari segala bidang dalam menghadapi Covid-19 yang juga dihadapi hampir seluruh negara di belahan bumi ini,” ujar Mulyanto.
“Rasa nasionalisme itu begitu terlihat saat ini, saya merasakan itu. Bangga rasanya bisa memberikan yang kami bisa pada negeri ini, pada banyak umat manusia,” kata Mulyanto menambahkan.
Dia berharap berbagai inovasi lain akan lahir sebagai buah dari pelajaran menghadapi pandemi Covid-19. Menurut rencana RI-GHA Covid-19 akan ada dipasarkan secara bebas mulai Juli 2020.
Mulyanto berharap RI-GHA Covid-19 bisa digunakan masyarakat, sehingga memandang Covid-19 bukan hal yang menakutkan, tetapi minimal bisa bersahabat dengan virus itu.