Soal Ancaman RSUD Gunungsitoli, Herman Jaya Harefa: Kalau Tidak Kuat, Lebih Baik Mundur Saja

Wakil Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Herman Jaya Harefa/Foto:istimewa

Gunungsitoli, Gempita.co – Wakil Ketua DPRD Kota Gunungsitoli, Herman Jaya Harefa menilai pernyataan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli yang mengancam tidak lagi berkenan menangani pasien Covid-19, sebagai sikap kalut, emosional dan kekanak-kanakan menghadapi kritikan masyarakat.

Herman menyarankan kepada Direktur RSUD Gunungsitoli, dr Yulianus Dawolo untuk dapat mengajukan pengunduran dirinya kepada Bupati Nias.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Jika sudah tidak kuat terhadap kritik, lebih baik mundur saja, termasuk abang saya Direktur RSUD Gunungsitoli (dokter Yulianus Dawolo) mungkin waktunya istirahat biar bebannya berkurang,” kata Politisi Senior Partai Demokrat ini kepada Gempita.co, Sabtu (14/11/2020) sore.

Herman mengatakan, dirinya memahami tugas di RSUD Gunungsitoli saat ini lumayan berat, tidak seperti biasanya sebelum Covid-19. Namun, kurang tepat jika sampai menyatakan akan mundur dalam pelayanan penanganan Covid 19, jika masyarakat tidak bisa memahami dan menerima keadaan saat ini.

“Ini saya kira pertanda kalut menghadapi kritikan masyarakat. Ini lucu saya kira, harusnya RSUD mengevuasi diri kenapa sampai masyarakat di Kepulauan Nias sampai tidak mempercayai pelayanan,” sebutnya.

Satu-satunya Rumah Sakit

Dia pun menegaskan, jika harus dipahami bersama bahwa RSUD Gunungsitoli satu-satunya rumah sakit di Kepulauan Nias yang telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan dalam menangani masalah Covid-19.

“Lebih baik mundur dan memberikan kesempatan kepada yang lain untuk memimpin RSUD Gunungsitoli, saya kira pemerintah masih bisa menyediakan orang-orang yang lebih kredibel mengelola RSUD Gunungsitoli, jika memang pengelola sekarang kalut dan ngeyel hanya dengan kritikan tajam oleh masyarakat akibat dari pelayanan RSUD yang dianggap buruk selama ini,” kata Herman yang mengaku heran saat membaca surat RSUD Gunungsitoli itu.

“Itu emosional kekanak-kanakan, ibarat anak yang diejek temannya, lalu dibalas dengan tidak memberikan permen, kamu ejek saya, permen ini juga tidak saya berikan,” sambung dia.

Dia berharap, agar Bupati Nias dapat melakukan evaluasi secara menyeluruh, karena masyarakat memerlukan pengelolaan dan pelayanan RSU yang humanis.

“Saya minta Forkada agar mengevaluasi persoalan ini, duduk bersama membahas masalah yang ada, pemerintah di seluruh 4 Kabupaten Kota minus Nias selatan juga harus memberikan kontribusi nyata kepada RSU Gunungsitoli agar lebih maksimal dalam pelayanan,” harap Herman.

Harus Kuat Menahan Kritik

RSUD Gunungsitoli, saran dia harus kuat menahan kritik dan mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memulihkan kepercayaan masyarakat kembali dengan tetap semangat.

“Jangan patah arang apalagi ngeyel, biasa saja lah, segala sesuatu yang dikerjakan dari hati pada akhirnya akan memberikan hasil yang terbaik,” pungkas Herman.

Diberitakan sebelumnya, RSUD Gunungsitoli ancam menyatakan tidak lagi berkenan menangani pasien Covid-19. Hal ini disampaikan melalui surat resminya yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, dengan Nomor: 445/6151/RS, Perihal Pernyataan Sikap Staf UPTD RSUD Gunungsitoli, tertanggal 13/11/2020, yang ditanda tangani oleh Direktur RSUD Gunungsitoli, dokter Yulianus Dawolo bersama sejumlah stafnya.

Surat tersebut menyusul disampaikan atas adanya tudingan mengcovidkan pasien dan aksi demo yang dialamatkan kepada RSUD Gunungsitoli terkait penanganan, pelayanan, dan pengelolaan anggaran Covid-19.(Sabarman Zalukhu)

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali