Barcelona, Gempita.co- – Menapaktilasi perjalanan karier Diego Armando Maradona, kiprahnya di Barcelona terbilang monumental.
Cuma dua musim Maradona berkostum merah-biru, namun di sini awal jejak kaki sang legenda di Tanah Biru Eropa.
Masa bakti Maradona di Barcelona boleh saja prematur, bukan berarti miskin warna dan nihil pasang surut.
Di Barcelona, Maradona dihujani pujian, juga cacian.
Barcelona terpincut dengan si Boncel setelah melihatnya beraksi pada Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol. Saat itu Maradona baru sebagai pemain yang digadang-gadang bakal jadi fenomena.
Tak mau buang waktu, Barca mengikat Maradona. Barca menghargai pemain yang disebut memiliki talenta spesial itu dengan nilai transfer sekitar 7,6 juta dolar AS. Bukan angka sembarangan, karena bayaran tersebut menjadikan Maradona pemain termahal dunia kala itu.
Menginjakkan kaki di Spanyol, El Diez langsung menggebrak. Pada debutnya pada 4 September 1982, Maradona langsung membuat gol saat Barcelona melawan Valencia. Sayangnya, Barca keok 1-2.
Di tengah gelombang pasang, perjalanan karier Maradona di Barcelona langsung surut cuma tiga bulan pascadebut. Maradona divonis mengidap hepatitis yang memaksanya absen selama tiga bulan.
Lepas dari hepatitis, tragedi berikut muncul pada 24 September 1983 dalam laga kontra Athletic Bilbao. Maradona kembali harus menepi, kali ini karena cedera horor, barangkali yang terparah dalam kariernya kala itu. Cedera sebagai buntut akibat tekel Andoni Goikoetxea. Diego mengalami retak pada engkel sekaligus kerusakan ligamen.
Butuh empat bulan bagi Maradona untuk pulih. “Saya merasa seperti ada kapak menghantam dari belakang. Saya tahu segalanya telah hancur,” kata Maradona ketika itu dikutip dari Guardian.
Tubuh mungil Maradona terus mendapatkan hantaman, dari hepatitis hingga cedera parah terakumulasi membuat ledakan Maradona tak maksimal.
Dari 1982 hingga 1984, Maradona mencatat 58 penampilan di berbagai ajang dengan torehan 38 gol. Catatan tersebut tanpa sumbangan gelar LaLiga. Meski demikian, Maradona tetaplah Maradona yang mencintai permainan. Aksi-aksi ajaibnya acap muncul dan membuat kagum semua pihak, termasuk lawan.
Salah satu aksinya yang paling terkenang muncul dalam laga el clasico melawan Real Madrid pada 26 Juni 1983.
Pada duel leg pertama final Copa de la Liga, kedua seteru bermain imbang 2-2 di Santiago Bernabeu, markas Madrid.
Diego mencetak salah satu gol dengan aksi spektakuler yang membuat penonton tuan rumah tak kuasa memberi aplaus. Ya, sepanjang sejarah ada tiga pemain Barcelona yang mendapatkan aplaus dari penonton Bernabeu. Selain Maradona, ada Ronaldinho dan Andres Iniesta. Namun, Maradona adalah yang pertama.
Kendati hanya meraih trofi minor, sentuhan emas Diego Armando Maradona tetap berbekas di Camp Nou.
“Ketika Diego melakukan dribel, bola seperti menempel di sepatunya. Pada sesi latihan pertama dengannya, semua orang terkesima dan hanya bisa terdiam melihat aksinya,” kata eks rekan Maradona di Barca, Lobo Carrasco.
Perjalanan Maradona di Barcelona berbelok drastis pada pengujung musim 1983-84. Warna kelam menyelimuti sang bintang pada final Copa del Rey melawan Athletic Bilbao di Santiago Bernabeu. Seperti skenario film, Maradona melawan Bilbao, klub yang membuatnya cedera parah di stadion tempat dia mendapatkan aplaus.
Laga berjalan tidak menyenangkan bagi Maradona. Nyaris sepanjang laga dia mendapatkan perlakuan buruk, dari pemain hingga penonton lawan. Dari tekel keras hingga hinaan rasis. Barcelona kalah 0-1, dan di akhir laga Maradona yang terus diprovokasi tak kuasa menahan emosi dan meledak.
Maradona berubah seperti beruang ganas yang menerjang lawan. Aksinya memicu perkelahian massal. Lapangan hijau berubah menjadi arena tarung bebas. Melihat sajian di atas lapangan, penonton tidak mau kalah. Parahnya, kejadian ini berlangsung di depan Raja Spanyol Juan Carlos yang berada di stadion.
Paling tidak 60 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Peristiwa yang membungkus karier Maradona di Barcelona. Ya, laga ini adalah kali terakhir Maradona memakai jersey Blaugrana. Maradona akhirnya meminta dilepas dan akhirnya hijrah ke Napoli.
Kiprah Maradona di Barcelona memang singkat dan padat. Meski berakhir tidak dalam nada baik, rasa hormat Barcelona kepada Maradona tetap melekat. Two year of magic at the Camp Nou. Sos eterno, Diego!