Jakarta, Gempita.co – Peningkatan kompetensi pelaku utama kelautan dan perikanan (nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan, serta masyarakat yang melakukan usaha di bidang KP), baik melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi berdampak besar pada pembangunan sektor kelautan dan perikanan guna mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Hal ini terutama menjadi penting di tengah kelesuan ekonomi yang tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga dunia, akibat pandemi Covid-19.
Sejalan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP (Puslatluh KP), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), terus berupaya menjadikan pelaku utama menjadi lebih mandiri, terampil, dinamis, efisien, profesional, serta berdaya guna dengan tetap memperhatikan lingkungan yang terpelihara dan lestari.
Pada 18-19 Februari 2021, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal, sebagai Unit Pelaksana Tugas (UPT) Puslatluh KP, bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Minajaya Sleman menyelenggarakan ‘Pelatihan Pembesaran Ikan Air Tawar dan Udang Galah’ bagi masyarakat perikanan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan guna mendukung terwujudnya tiga program prioritas Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yakni peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sub-sektor perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya.
Kemudian, pembangunan kampung-kampung atau sentra perikanan budidaya air tawar, payau, dan laut. Beberapa contoh sentra perikanan tersebut di antaranya adalah Kampung Lobster, Kampung Lele, Kampung Udang, Kampung Nila, Kampung Kakap, hingga Kampung Rumput Laut.
“Implikasi dari PNBP ini tentunya akan dikembalikan untuk kesejahteraan masyarakat. Beberapa komoditas seperti udang dan kerapu akan didorong menjadi komoditas unggulan dalam meningkatkan perekonomian negara,” jelas Sjarief.
“Tentu saja harapan kami di dalam membangun sentra-sentra ini akan terjadi interaksi dari hulu ke hilir. Dimulai dengan adanya indukan-indukan unggul, di mana KKP akan mendorong penyebaran indukan unggul, baik itu lele, udang galah dan lainnya. Kita juga mendorong adanya pembentukan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) unit pembesaran, hingga unit pasca panen yang mampu meningkatkan nilai produk tersebut,” sambungnya.
Untuk itu, ia berharap agar berbagai pelatihan yang diselenggarakan KKP dapat memberikan aspirasi kepada pelaku utama kelautan dan perikanan. Tak hanya itu, pelatihan juga diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi, mengurangi stunting, serta memenuhi konsumsi protein masyarakat setiap harinya.
“Ini bukanlah pelatihan pertama dan terakhir untuk nelayan Kab. Sukoharjo. Pelatihan akan berlanjut dengan pelatihan pembenihan, pembuatan pakan, hingga pelatihan pasca panen. Melalui pelatihan ini diharapkan masyarakat dapat membangun usaha pembesaran lele dan udang galah hingga menjadikan Sukaharjo sebagai kampung tematik budidaya perikanan,” harap Sjarief.
Potensi Kelautan
Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan bahwa Sukoharjo merupakan wilayah yang memilki potensi kelautan dan perikanan tinggi, utamanya dalam sektor budidaya.
“Sukoharjo merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang budidaya perairan. Hal ini didukung oleh beberapa faktor antara lain sumber daya alam, baik ketersediaan lahan maupun sumber air untuk pembudidayaan ikan; sumber daya manusia yang semakin meningkat; serta penerapan teknologi perikanan,” ungkapnya.
Tak hanya di Sukoharjo, ia mengatakan bahwa Indonesia patut bersyukur dan berbangga karena merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam khususnya sektor KP.
Sektor ini dinilai memiliki peran penting dalam perekonomian maupun kesejahteraan negara. Bahkan, sektor KP terbukti menjadi salah satu sektor yang dapat bertahan di masa pandemi.
“Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang terbukti dapat bertahan di masa pandemi ini. Sektor perikanan juga memiliki peranan yang sangat penting bagi kesehatan generasi masa depan Indonesia seperti dalam hal memerangi stunting,” jelasnya.
“Hal ini karena produk dari hasil perikanan mempunyai keunggulan dibanding produk-produk yang lain, di antaranya adalah ikan yang memiliki potensi yang sangat lengkap dan sangat baik bagi tubuh kita,” tambah Puan.
Ia menambhakan, ketersediaan perikanan yang berkesinambungan juga menjadikan sektor ini penting dan potensial untuk memastikan pemenuhan kebutuhan pangan.
“Selalu tersedia sepanjang tahun di perairan kita tanpa mengenal musim,” ujar Puan.
Menurutnya, berbagai potensi tersebut menunjukkan bahwa perikanan adalah asas penting dan berharga bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, produksi sektor perikanan harus terus dikembangkan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja yang luas, serta memacu kedaulatan pangan di Indonesia.
Sejalan dengan itu, Puan pun memberikan dukungan serta apresiasinya terhadap penyelenggaran pelatihan ini yang dapat turut melahirkan SDM kelautan dan perikanan yang kompeten.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah Kab. Sukoharjo yang telah menyelenggarakan pelatihan ini. Diharapkan ilmu yang diperoleh selama pelatihan dapat bermanfaat untuk kesejahteraan keluarga,” harap Puan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. Sukoharjo, Netty Harjianti, menerangkan bahwa selama ini masyarakatnya telah berupaya melakukan budidaya udang galah. Namun, hasilnya memang belum maksimal.
Untuk itu ia berharap agar pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan masyarakat Sukoharjo untuk mengembangkan budidaya udang galah maupun ikan air tawar. Sebab, ia menilai bahwa sektor ini memiliki prospek yang cukup baik dalam meningkatkan perekonomian budaya ikan di daerahnya.
“Melalui pelatihan pembesaran budidaya ikan air tawar dan pembesaran udang galah ini, kami optimis akan menambah semangat masyarakat dalam budidaya ikan air tawar termasuk udang galah,” ucapnya.
“Kami berharap kepada pemangku kebijakan dalam bidang perikanan untuk selalu mendukung dan memfasilitasi Kab. Sukoharjo dengan mengalokasikan kegiatan-kegiatan dalam mendukung percepatan peningkatan produksi ikan sekaligus meningkatkan konsumsi ikan di Kab. Sidoarjo,” tandasnya.
Sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 50 orang pembudidaya ikan air takar dan 50 orang pembudidaya udang galah, setempat menyambut antusias kegiatan ini.
“Pelatihan Pembesaran Ikan Air Tawar’ dilakukan di Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, sedangkan Pelatihan Pembesaran Udang Galah’ bertempat di BPP Palur, Kec. Mojolaban, Kab. Sukoharjo. Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, pelatihan dilakukan dengan blended system yang menggabungkan metode daring dan luring.
Pelatihan Masyarakat
Tak hanya di Sukoharjo, KKP juga menyelenggarakan pelatihan masyarakat di berbagai wilayah lainnya. Pada 18-19 Februari 2021, BPPP Medan menyelenggarakan ‘Pelatihan Teknis Pembenihan Ikan Lele’ di Kab. Agam, Sumatera Barat; ‘Pelatihan Pembuatan dan Perawatan Alat Tangkap Gillnet’ di Kab. Aceh Besar, Aceh; dan ‘Pelatihan Perawatan Mesin Kapal Pengangkap Ikan’ di Kab. Batubara, Sumatera Utara secara serentak.
Pelatihan diikuti oleh 50 orang pembudidaya perikanan dan 100 orang nelayan di wilayah setempat dengan metode blended system.
Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menyebut, pembenihan ikan lele menjadi fase penting dalam usaha budidaya ikan lele. “Fase pembenihan adalah langkah awal untuk melakukan budidaya pembesaran ikan lele. Oleh karena itu, pelatihan pembenihan ikan lele menjadi penting untuk meningkatkan produksi budidaya daerah maupun nasional,” ujarnya.
Tak hanya budidaya, sektor perikanan tangkap pun tak kalah penting untuk dioptimalkan sebagai salah satu sumber peningkatan PNBP. Untuk itu, pemberdayaan nelayan melalui pelatihan perawatan mesin kapal menjadi penting guna memastikan keamanan nelayan di tengah laut dan meningkatkan produktivitasnya.
Di samping itu, pelatihan pembuatan alat tangkap gillnet yang ramah lingkungan juga memainkan peran penting. Pasalnya, alat tangkap ramah lingkungan menjadi kunci pendukung keberlanjutan komoditas perikanan Indonesia. Dengan ukuran jaring yang sesuai, misalnya, ikan-ikan kecil tak akan terjaring oleh alat tangkap sehingga mereka dapat terus berkembang biak dalam jangka panjang.
“Kami harap, pelatihan ini dapat sedikit banyak memberdayakan masyarakat nelayan di wilayah Sumatera Utara dan Aceh sehinga data mengatasi berbagai masalah di bidang sektor penangkapan ikan,” ucap Lilly.
Di saat yang bersamaan, BPPP Bitung juga menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Sambal Roa bagi masyarakat di 34 provinsi Indonesia secara daring.
Lilly menyebut, sambal roa merupakan sambal ciri khas asal Manado yang saat ini diminati luas oleh masyarakat di berbagai wilayah Nusantara. Bahkan, cita rasa khas sambal berbahan dasar ikan yang pedas ini sudah berhasil menggaet penggemar hingga di luar negeri.
“Hal ini disebabkan sambal roa memiliki rsa yang khas dan bisa bertahan cukup lama dalam penyimpanan. Asal diolah dengan menerapkan prinsip sanitasi di higienitas, sambal roa bisa bertahan sampai 6 bulan di suhu ruangan. Bahkan, bisa lebih lama lagi kalau di disimpan di dalam freezer,” ungkapnya.
Dengan popularitas yang semakin meluas, sambal roa pun memiliki potensi pasar yang tinggi. Usaha sambal roa menjadi bisinis yang menjanjikan. Namun, proses pembuatannya perlu melalui sejumlah tahapan untuk memastikan agar olahan ikan yang digunakan berkualitas baik dan terasa gurih setelah diolah.
“Memiliki cita rasa yang khas, sambal roa dibuat dari ikan roa tau dikenal dengan julung-julung yang di pasaran biasanya dijual dalam bentuk ‘gepe’ (dijepit). Dalam pengolahannya, ikan roa dibersihkan dari kulit, kepala, dan duri tengahnya untuk kemudian disangrai dan dibumbui,” tutur Lilly.
“Diperlukan teknik-teknik khusus untuk mengolahnya supaya rasa ikannya tetap terjaga setelah diolah dan berkualitas baik. Untuk itu, kami berharap pelatihan pembuatan sambal roa ini bisa memberikan pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi masyarakat luas yang ingin membuka alternatif usaha baru di tengah Covid-19,” pungkasnya.
Lilly menyatakan, KKP akan terus setia memberikan berbagai pelatihan masyarakat di bidang kelautan dan perikanan guna membangkitkan ekonomi di tengah pandemi. Tak berhenti sampai di situ, ia pun memastikan bahwa sekitar 6.000 penyuluh perikanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia akan terus mendampingi para peserta pasca pelatihan untuk memastikan bahwa pelatihan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyrakat.
Sumber: Humas BRSDM