Indonesia Incar Sapi Belgia, Patungan Investasi dengan Investor Belgia

Jakarta, Gempita.co – Untuk menjamin pasokan daging sapi di dalam negeri, Indonesia akan berinvestasi pada peternakan sapi di Belgia.

Rencana investasi ini dilakukan sebagai terobosan dari pemerintah melalui perusahaan negara mengatasi kekurangan pasokan daging sapi dan tinggi harga daging sapi di musim tertentu setiap tahun.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Di Belgia ada jenis sapi namanya Belgian Blue, itu beratnya satu ekor bisa 900 kilogram hingga 1,2 ton,” ujar Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), salah satu perusahaan negara bidang pangan, dalam konferensi pers virtual, Kamis.

Investasi tersebut akan dilakukan dengan mengakuisisi peternakan sapi di Belgia atau mendirikan perusahaan patungan dengan investor Belgia.

“Dengan menguasai ranch di negara penghasil sapi, live catle itu bisa jadi alternatif, apalagi kita bawa perusahaan (peternakan) luar masuk ke Indonesia,”ujar dia.

Menteri BUMN Erick Thohir sudah bertemu dengan Duta Besar Belgia, untuk mencari alternatif ranch di negara itu, tambah dia.

“Kita juga membuka perusahaan-perusahaan dari luar untuk masuk ke Indonesia sebagai investor, apakah majority atau minority (dengan komposisi) 51:49. Itu bisa kita diskusikan,” ujar dia.

Selain dengan Belgia, Indonesia juga membuka peluang kerja sama dengan negara penghasil daging sapi lain seperti Australia dan Meksiko.

“Kerja sama dengan perusahaan lain, juga bisa, dari Meksiko, Australia juga kita buka kemungkinannya,” tambah Arief.

Rencana bisnis ini, kata Arief, disiapkan bersamaan dengan rencana pembentukan induk atau holding badan usaha milik negara (BUMN) bidang pangan.

Pembentukan holding BUMN klaster pangan ditargetkan selesai pada kuartal ketiga tahun ini atau sekitar Juli hingga September, ujar Arief.

Ada sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan bergabung, yaitu Sang Hyang Seri, Pertani, PT Perikanan Nusantara, Perum Perikanan Indonesia, Berdikari, PT Garam, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan BGR Logistics.

PT RNI akan menjadi induk perusahaan baru tersebut.

Penggabungan ini akan menghasilkan perusahaan nasional yang solid dan bisa memperbaiki sistem produksi pangan nasional dari hulu hingga hilir, jelas Arief.

“Kita ingin meningkatkan ketahanan pangan,” ujar Arief dalam konferensi pers virtual, Kamis.

Perusahaan baru nanti kata Arief mempunyai prioritas untuk meningkatkan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan, menambah luas lahan, kemitraan, transparansi harga serta dukungan logistik.

Menurut Arief, aset dari sembilan perusahaan itu mencapai Rp28 triliun.

Perusahaan hingga kini belum mempunyai rencana mengajukan Penanaman Modal Negara (PMN).

Bisnis saat ini didanai menurut dia dibiayai oleh bank-bank negara.

Sejumlah rencana perusahaan menurut dia masih dalam perencanaan seperti komersialisasi dan optimalisasi aset hingga skema penjualan produk.

“Kita sekarang konsolidasi bisnis yang ada saat ini, aset, dari sembilan BUMN pangan ini,” ujar dia.

Saat ini telah disiapkan tujuh divisi Project Management Office (PMO) yang disiapkan bersama dengan para calon anggota holding, kata Arief.

Pertama, divisi portofolio, bisnis development, dan bisnis integrasi. Kedua divisi finance, funding, dan investment.

Ketiga divisi SDM, organisasi, dan budaya. Keempat divisi optimalisasi aset.

Kemudian, kelima supply chain management dan IT.

Keenam legal, GCG internal audit, dan risk management, lalu, ketujuh holding strategy dan transformasi.

“PMO itu memang kita buat untuk mengkaji, mengidentifikasi, dan merencanakan perusahaan selanjutnya,” ujar dia.

Sumber: berbagai sumber

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali