Tel Aviv, Gempita.co – Tersingkirnya Netanyahu setelah 12 tahun berkuasa, dirayakan ribuan orang sambil bernyanyi dan menari di depan rumah mantan Perdana Menteri Israel sejak Sabtu malam hingga Minggu (13/6) ini.
Minggu pukul 16.00 waktu setempat nanti, pukul 20.00 WIB, Knesset atau Parlemen Israel memutuskan pemerintah baru.
Mereka berjanji untuk menyembuhkan negara yang terpecah akibat kepemimpin Netanyahu –PM pertama dan satu-satunya Israel.
Netanyahu (71), politikus paling dominan, gagal membentuk pemerintahan setelah pemilihan pada 23 Maret lalu. Kabinet baru yang akan dilantik setelah mosi tidak percaya Knesset diperkirakan dimenangkan oleh pemimpin oposisi tengah Yair Lapid dan ultra-nasionalis Naftali Bennett.
Bennett, seorang jutawan hi-tech, akan bergantian dengan Lapid untuk menjabat PM Israel. Bennet akan menjadi pemimpin pada dua tahun pertama dan Lapid dua tahun sesudahnya.
Keduanya akan memimpin pemerintahan koalisi partai-partai, termasuk untuk pertama kalinya yang mewakili 21 persen minoritas warga Palestina-Israel. Namun banyak orang Palestina skeptis dengan pemerintah baru. Hal ini mengingat selama beberapa dekade persoalan Israel-Palestina tak kunjung menemukan solusi. Terlebih Bennet memiliki agenda politik yang mirip Netanyahu, sama-sama berhaluan kanan.
Sejak kemarin malam, massa memadati jalanan depan rumah Netanyahu di Yerussalem. Mereka membentangkan spanduk hitam bertuliskan, ‘Selamat tinggal Bibi. Bye-bye…’ Bibi adalah nama panggilan Benjamin Netanyahu.
“Bagi kami, ini adalah malam yang besar dan besok akan menjadi hari yang lebih besar. Saya hampir menangis. Kami berjuang dengan damai untuk kepergian Netanyahu dan harinya telah tiba,” kata pengunjuk rasa Ofir Robinski, seperti dikutip Al Jazeera, Minggu (13/6) siang.
Maya Arieli, pengunjuk rasa asal Petach Tikva, Israel tengah, mengatakan semula massa pesimistis partai koalisi bisa mengalahkan Netanyahu yang kuat. “Tapi, besok pemerintah baru akhirnya akan berada di Israel, dan itu membuktikan bahwa perjuangan sipil berhasil,” ujarnya.
Netanyahu menjadi PM Israel pada 31 Maret 2009. Putra seorang Yahudi-Lituania itu kemudian menang empat periode berturut-turut. Bibi dikenal sebagai sosok kontorversial, baik di dalam maupun luar Israel. Ia dicintai oleh kelompok garis keras, dan pada saat yang sama ia dibenci para kritikus.
Tapi, keajaiban masih mungkin terjadi. Meskipun koalisi tambal sulam menguasai 61 persen dari 120 kursi parlemen, koalisi ini rawan ‘perselingkuhan’. Jika itu terjadi, bukan mustahil Netanyahu akan tetap menjadi PM.
Sumber: berbagai sumber