Gempita.co – Rudal terbaru anti pesawat, telah diluncurkan Korea Utara, Kamis (30/9/2021) dan ini merupakan rudal ke empatnya dalam sebulan ini.
Uji coba terbaru itu dilakukan beberapa hari setelah Korea Utara meluncurkan rudal hipersonik yang juga baru yang diyakini memiliki kemampuan nuklir.
Dilansir BBC, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anthony Blinken mengatakan, uji coba itu menciptakan prospek yang lebih besar untuk ketidakstabilan dan ketidakamanan.
Korea Utara mengatakan, senjatanya diperlukan untuk pertahanan diri, dan menuduh Amerika Serikat serta Korea Selatan melakukan standar ganda
Tes terbaru yang terjadi pada hari Kamis kemarin sebagai tanda yang jelas, bahwa Korea Utara tidak memiliki niat untuk memperlambat pengembangan senjatanya meskipun ada sanksi yang ketat.
Menurut outlet berita Korea Utara, KCNA, rudal anti-pesawat baru itu menunjukkan “kinerja tempur yang luar biasa” dan juga termasuk “teknologi kunci baru”.
Uji coba itu dilakukan sehari setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengemukakan permintaan bersyarat pada Korea Selatan, dengan mengatakan dia ingin memulihkan hotline komunikasi penting di antara mereka.
Namun Kim, juga menuduh AS menggembar-gemborkan keterlibatan diplomatik, tetapi dikatakan itu tidak lebih dari tipuan kecil untuk menipu masyarakat internasional dan menyembunyikan tindakan permusuhannya.
Beberapa analis percaya itu merupakan indikasi bahwa Pyongyang ingin memisahkan Washington dengan Seoul dalam upayanya untuk menjalin kembali komunikasi dengan Korea Selatan.
Disisi lain juga ada kemungkinan Korea Utara akan mengandalkan Korea Selatan untuk mendorong Amerika Seikat untuk meringankan sanksinya serta konsesi lainnya.
Korea Utara telah menghabiskan lebih dari satu tahun dalam isolasi. Ini memutus sebagian besar perdagangan dengan sekutu terdekatnya China selama pandemi, dan ekonominya dianggap dalam keadaan yang mengerikan dengan kekurangan pangan yang menjadi perhatian nyata.
Maret lalu, negara ini menentang sanksi dan menguji coba rudal balistik, membuat AS, Jepang, dan Korea Selatan mengeluarkan teguran keras.
Bulan lalu badan atom PBB mengatakan, Korea Utara tampaknya telah memulai kembali sebuah reaktor yang dapat menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir, menyebutnya sebagai perkembangan yang “sangat meresahkan”.