Gary Freedman Manusia Pertama Nyetir Pesawat Listrik, Melintas Selat Selandia Baru

Gempita.co – Sejarah mencatat, Gary Freedman menjadi orang pertama yang terbang melintasi Selat Cook, Selandia Baru, dengan pesawat listrik.

Gary Freedman melakukan penerbangan solo lintas selat itu selama 40 menit. Penerbangan pesawat kecil dengan dua tempat duduk itu terjadi 101 tahun setelah orang pertama menerbangkan pesawat konvensional di atas perairan yang memisahkan dua pulau utama Selandia Baru, negara di Pasifik Selatan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“101 tahun lalu Euan Dickson menjadi orang pertama yang terbang di atas Selat Cook. Butuh 100 tahun bagi kita untuk mengubah sistem propulsi untuk menjauh dari bahan bakar cair,” ujar Freedman.

Penerbangan pada Senin, 1 November 2021, itu untuk menarik perhatian pada kemungkinan penerbangan yang lebih ramah lingkungan dan dilakukan bertepatan dengan pembukaan KTT iklim PBB yang penting di Glasgow, Skotlandia, Inggris.

Pejabat Bandara Internasional Wellington percaya itu mungkin jarak terjauh yang ditempuh pesawat listrik dalam melintasi perairan mana pun.

Freedman mengatakan hari itu diawali dengan hujan lebat di lokasi keberangkatan di dekat kota Blenheim. Setelah 15 menit menunda penerbangan, cuaca cukup cerah untuk lepas landas. Kondisi cuaca kemudian menjadi cerah di atas samudera.

Freedman mengatakan dia sangat gembira ketika mendarat. Teknologi pesawat itu, kata Freedman, bekerja lebih baik dari yang dia harapkan karena daya baterainya masih tersisa 40%.

Freedman, 49, pendiri perusahaan ElectricAir, mengatakan bahwa dia sudah lama peduli pada lingkungan. Ide pesawat listrik muncul ketika dia menyadari adanya ketidaksesuaian antara mengendarai mobil listrik dan menerbangkan pesawat bertenaga bahan bakar minyak.

Dia melakukan perjalanan ke Slovenia untuk membeli pesawat Pipistrel Alpha Electro. Setelah itu, ia melampaui berbagai rintangan dengan regulator penerbangan Selandia Baru supaya pesawat listriknya mendapat ‘lampu hijau’.

Berat pesawat itu kurang dari 400 kilogram dan jauh lebih senyap dibandingkan pesawat umumnya. Untuk perjalanan 78 kilometer, Freedman menerbangkannya hanya pada ketinggian 305 meter di atas permukaan laut dan dengan kecepatan yang relatif lambat, 130 kilometer per jam untuk mempertahankan muatannya.

Freedman mengatakan perlu waktu sekitar satu jam untuk mengisi penuh baterai pesawat itu. Maksimum masa penerbangan juga sekitar satu jam. Ia menggunakan pesawat itu terutama untuk pelatihan pilot.

Bandara Internasional Wellington sedang mempersiapkan penerbangan reguler jarak pendek pesawat listrik baru dengan 12 kursi yang akan dimulai sekitar lima tahun mendatang, kata juru bicara bandara.

Sumber: voa

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali