Gempita.co – Umat Islam Indonesia diminta Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohammad Mukri, tidak terprovokasi pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Rasmus Paludan di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia pada Sabtu (21/1/2023).
“Kita sangat menyayangkan tindakan tersebut. Tapi tidak perlu terprovokasi untuk melakukan tindakan yang malah akan menambah ribut suasana. Semua harus terselesaikan dengan cara yang baik sesuai ajaran agama Islam,” ujar Mukri, melansir laman resmi PBNU, Selasa, (24/1/2023). Rektor Universitas NU Blitar, Jawa Timur itu mengajak masyarakat Indonesia untuk melihat Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin.
“Jadi jangan buang energi untuk membuat masalah, apalagi dengan bereaksi terhadap tindakan yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama Islam,” ujarnya.
Menurutnya, sudah saatnya umat Islam menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama damai.
“Mari kita sebarkan kedamaian dan kebaikan Islam di mata dunia,” ajaknya.
Sebelumnya, ratusan warga Stockholm memprotes upaya Turki dan Swedia untuk bergabung dengan NATO dengan membakar Alquran.
Sementara tindakan tersebut memicu kemarahan di Turki dan komunitas Muslim dunia. Ankara juga menolak untuk mengizinkan Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO dengan alasan negara Nordik itu menampung “pembuat onar” Turki.
“Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap kitab suci kami… Membiarkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat menjadi kebenaran,” kata Kementerian Luar Negeri Turki pada Minggu, (22/1/2023).
Pernyataan itu muncul setelah politisi sayap kanan anti-imigran membakar Alquran di dekat kedutaan Turki. Kementerian Turki meminta Swedia untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku dan meminta semua negara untuk mengambil tindakan nyata terhadap Islamofobia.
Beberapa negara Arab termasuk Arab Saudi, Yordania dan Kuwait mengutuk pembakaran Alquran di Swedia. “Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi dan kohesi serta menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.