Alasan Hamas Tak Balas Serangan Udara Terbaru Israel ke Gaza Palestina

Foto: Istimewa

Gempita.co-Jalur Gaza kembali berada di bawah bayang-bayang pesawat tempur Israel, setelah gencatan senjata pada Jumat, 21 Mei 2021 lalu.

Baru-baru ini, ada lanjutan dari aksi ‘provokasi’ di Yerusalem, seperti pawai bendera yang terbuka pada Selasa, 15 Juni 2021 kemarin.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Pembatasan Israel pun mendorong faksi Hamas dan faksi Palestina lainnya kembali mengulangi beberapa aktivitas seperti membakar ban pada malam hari, hingga meluncurkan balon pembakar dan peledak menuju tanah Israel di luar kawasan Gaza.

Menanggapi aksi tersebut, Israel kemudian melancarkan serangan udara di atas Gaza sepanjang hari pada Rabu, 16 Juni 2021 dan Kamis, 17 Juni 2021.

Serangan itu diduga menargetkan situs-situs pelatihan Hamas, dan menambah kekhawatiran bahwa serangan saling balas roket akan kembali berlanjut kurang dari sebulan setelah mereka berhenti.

Faksi-faksi Palestina, yang dipimpin oleh Hamas, memperingatkan Israel agar tidak melanjutkan pelanggaran terhadap warga Palestina di Yerusalem, yang memicu eskalasi pada Mei 2021 lalu.

Tetapi, mereka tidak menanggapi serangan Israel, meskipun negara yang kini dipimpin Naftali Bennett itu melanggar perjanjian gencatan senjata.

Melalui juru bicara Hazem Qassem, Hamas menekankan bahwa pemboman zionis di jalur Gaza merupakan upaya yang gagal untuk menghentikan solidaritas warga Palestina dan perlawanan untuk kota suci.

“Kemudian untuk menutupi keadaan kebingungan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pembentukan zionis dalam mengatur apa yang disebut ‘pawai bendera’,” ujarnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Middle East Eye, Jumat, 18 Juni 2021.

Lalu, mengapa Hamas tidak merespons serangan udara yang diluncurkan Israel?

Para analis mengatakan bahwa Hamas tidak tertarik untuk menembakkan roket lagi di jalur Gaza, yang kemungkinan besar akan memicu respons berat Israel dan kematian warga Palestina.

Hamas disebut lebih memilih untuk tidak memberikan perantara kesempatan untuk mencoba mengubah kondisi di daerah pasca pemboman.

“Hamas akan bertindak dengan menahan diri selama tahap berikutnya, baik selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan,” ucap profesor ilmu politik di Universitas Al-Azhar, Mukhaimar Abu Saada.

Terutama, saat ini ada Pemerintahan Israel yang serius, yang dipimpin oleh salah satu tokoh utama sayap kanan negara tersebut.

Mukhaimar Abu Saada mengatakan hal itu akan memberi pengaruh Mesir untuk membantu kembali membuka perlintasan.

“Hamas perlu memulihkan apa yang hancur dalam perang terakhir, baik itu pada tingkat kemampuan militernya maupun pembangunan kembali jalur Gaza, dan menciptakan kesempatan bagi dana untuk masuk (ke kawasan),” katanya.

Menurut perjanjian gencatan senjata, perundingan tambahan akan kembali diadakan di antara faksi-faksi Palestina di Gaza dan Israel, di bawah mediasi Mesir, guna mendiskusikan mekanisme untuk mencapai gencatan senjata jangka panjang.

“Faksi-faksi di jalur Gaza memutuskan untuk menggandakan tekanan mereka atas Israel, sebelum dimulainya perundingan baru di Mesir minggu depan,” ucap sebuah sumber dari Palestina.

Sumber itu juga mengindikasikan bahwa setelah serangan Israel atas situs-situs Hamas di Gaza, sebuah pesan disampaikan kepada seorang perantara Mesir yang menyatakan bahwa serangan itu dianggap ‘melanggar aturan, dan akan mengarah pada eskalasi’.

Pesan itu juga dilaporkan menyatakan bahwa ‘tekanan yang umum akan bertambah seiring berjalannya waktu, sampai Israel membalikkan langkah-langkah’.

Analis Politik Ibrahim Abrash mengatakan bahwa Gaza akan berada pada situasi ‘gantung’ antara perang dan perdamaian untuk waktu yang lama, tanpa mengakhiri perselisihan atau menemukan jalan politik untuk mencapai solusi yang bisa diterapkan.

“Dalam jangka pendek, selama satu tahun atau lebih, prioritas akan menyerap hasil konfrontasi militer baru-baru ini dan proses rekonstruksi,” ujarnya.

Ibrahim Abrash yakin bahwa Hamas akan mengambil keuntungan dari keadaan saat ini, untuk memperkuat hubungan asingnya dan bukan kembali ke eskalasi.

“Itu akan membuat situasi kemanusiaan di jalur Gaza bahkan lebih sulit lagi,” ucapnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali