JAKARTA, Gempita.co- Pelayanan dan fasilitas penanganan pandemi corona Jakarta telah memadai.
Hal tersebut dikatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam kegiatan peluncuran Kampung Tangguh Jaya di Jalan Pedongkelan RW 16, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, yang ia hadiri secara virtual.
Anies meminta agar masyarakat bersifat kolaboratif dalam penanganan Covid-19 di Jakarta.
“Di Jakarta 3T (tracing, treatment, testing) pelayanan maksimal dan memadai. Dites (Covid-19) 24 jam keluar hasilnya. Situasi menguntungkan di Jakarta jangan sampai fasilitas baik tidak ketemu dengan kolaborasi masyarakat,” ujar Anies pada Selasa (8/12/2020), dikutip dari Kompas.com.
Anies kemudian menjelaskan bahwa positivity rate di Jakarta sudah tergolong aman. Tingkat fatality rate di Jakarta pun dinyatakan Anies tergolong aman.
“Per 7 Desember, di Jakarta tingkat positivity rate 9 persen aman di bawah 10 persen. Tingkat fatality rate rendah,” tandasnya.
Hal ini berarti penanganan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 diklaim Anies sudah cepat.
Namun, Anies menegaskan bahwa masih ada tugas bersama warga untuk menekan penyebaran Covid-19.
“Orang kena Covid tertangani cepat, jadi tingkat kematian rendah, tapi harus kita tekan lagi. Angka di Jakarta baik, tapi Covid-nya masih ada. Tugas kita sama-sama minimalkan sekecil-kecilnya,” ungkap Anies.
Ia kemudian mengimbau warga Jakarta untuk segera melapor ke petugas jika merasakan gejala terpapar Covid-19.
“Bila bergejala sampaikan. Tujuannya untuk melindungi diri sendiri, orang lain, dan keluarga,” tambah Anies.
Diimbau Tak Menutup-nutupi
Jika menemui keluarga atau kolega yang terpapar virus SARS-Cov-2, Anies mengimbau warganya untuk tidak menutup-nutupi dan segera melapor ke petugas terdekat agar dapat dilaksanakan 3T (treatment, tracing, dan testing).
“Kalau ada kolega terpapar dan lingkungan tutupi dan lingkungan halang-halangi, maka kompletlah penyebaran meluas,” ujar dia.
Ia juga kembali mengingatkan warga Jakarta untuk patuh melaksanakan protokol kesehatan agar dapat memutus rantai penyebaran Covid-19.
Pasalnya, tantangan dalam memerangi Covid-19 di Jakarta adalah menjaga kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker).
“Semua sudah tahu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, ini semua tahu, tantangannya adalah menjalankannya secara disiplin,” tambahnya.
Ia kemudian berharap Kampung Tangguh Jaya yang diluncurkan di beberapa lokasi di Jakarta pada hari ini dapat membantu menangani penyebaran Covid-19 di Jakarta.
Di Jakarta Barat, Kelurahan Kapuk terpilih menjadi lokasi kampung tangguh pertama. Pasalnya, angka positif Covid-19 tertinggi di Jakarta Barat ditemukan di lokasi ini.
Wilayah Percontohan
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyatakan bahwa kampung tangguh di Kapuk nantinya menjadi percontohan bagi wilayah lain di Jakarta Barat.
“Saya memerintahkan kepada Kapolres (Jakarta Barat) untuk mencari wilayah yang memang angka terkonfirmasi (Covid-19) secara akumulatif paling tinggi,” ujar Fadil.
“Karena, dengan adanya daerah yang terkonfirmasi positif (paling tinggi), berarti role model ini bisa kita praktikkan secara lebih maksimal,” sambungnya.
Di kampung tersebut, masyarakat ataupun pengurus RT, RW, lurah, hingga Babinkamtibmas dipersiapkan agar dapat lebih efektif memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Dengan ini, semoga Jakarta bisa terbebas dari Covid,” tutup Anies.
Dinilai Masih Kritis
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta belum terkendali seperti yang diklaim Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ia justru menilai kondisi pandemi di Ibu Kota saat ini masih dalam tahap kritis.
“Sekarang masih situasi kritis, bukan terkendali,” kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa.
Dicky menyebutkan, belum terkendalinya Covid-19 di DKI Jakarta ini bisa dilihat dari angka positivity rate atau persentase jumlah kasus positif dibandingkan dengan orang yang dites.
Saat ini, positivity rate di Jakarta masih berada di angka 8,3 persen. Bahkan, dalam sepekan terakhir, persentase kasus positif mencapai 9 persen.
“Positivity rate 8-10 persen itu dalam situasi kritis, serius sekali. Tidak bisa dibilang terkendali,” ujarnya.
Dicky menilai positivity rate yang masih tinggi itu menunjukkan ada banyak kasus yang tak terdeteksi, baik melalui testing maupun tracing.
Kasus yang tak terdeteksi itu bisa menyebabkan tingginya kasus kematian ataupun pasien yang butuh perawatan di rumah sakit.
Ia menilai, Covid-19 di Jakarta baru bisa dibilang sedikit terkendali jika angka positivity rate berada di kisaran 5-8 persen.
“Dan kalau mau dibilang sangat terkendali, itu di bawah 5 persen,” kata dia.
Dengan kondisi ini, Dicky menilai Pemprov DKI harus tetap konsisten menerapkan aturan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi sambil tetap memasifkan upaya testing dan tracing.
Kasus Covid-19 di DKI Jakarta meningkat sebanyak 13,4 persen atau bertambah 16.808 kasus dalam waktu dua pekan terakhir.
Pada 21 November 2020, total ada 125.822 kasus Covid-19 di Jakarta. Dua pekan kemudian, tepatnya 5 Desember 2020, kasus Covid-19 di Jakarta meningkat jadi 142.630 kasus.