Washington, Gempita.co – Amerika Serikat mencurigai badan intelijen sipil China dalam menggunakan ransomware untuk memeras bisnis-bisnis Amerika.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia akan menerima laporan terperinci pada Selasa (20/7).
Ransomware adalah sejenis peringkat lunak atau virus komputer yang diciptakan oleh peretas untuk menghalangi pemilik data mengaksesnya kecuali jika dibayarkan sejumlah uang tebusan.
“Mereka masih menentukan dengan tepat apa yang terjadi. Penyelidikan belum selesai,” kata Presiden pada Senin (19/7).
Amerika Serikat, bersama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Alliance Treaty Organization/NATO), Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Selandia Baru pada Senin (19/7) secara khusus menyalahkan China atas serangan siber pada Maret lalu yang mempengaruhi puluhan ribu organisasi melalui server Microsoft Exchange.
Ini adalah jenis peretasan zero-day di mana kerentanan diketahui oleh vendor perangkat lunak, tetapi mereka belum memiliki cara untuk memperbaiki kekurangan.
Ditanya oleh wartawan mengapa AS tidak menghukum Beijing atas serangan siber tersebut, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menjawab bahwa “kami tidak mengizinkan keadaan atau pertimbangan ekonomi apa pun untuk mencegah kami mengambil tindakan jika diperlukan, dan juga, kami memiliki opsi untuk mengambil tindakan tambahan jika diperlukan.”
“Ini bukan akhir dari upaya kami” mengenai serangan siber yang terkait dengan China atau Rusia, tambah Psaki.
“Ini masalah besar,” kata Chris Painter, presiden Global Forum on Cyber Expertise Foundation Board (Forum Global Dewan Yayasan Keahlian Siber), diplomat urusan dunia maya pertama di Departemen Luar Negeri.
Painter menjelaskan di Twitter bahwa “koalisi negara-negara yang mengutuk tindakan China belum pernah terjadi sebelumnya,” terutama keikutsertaan NATO.
Pemerintahan Biden telah bicara secara terang-terangan tentang serangkaian ransomware dan serangan lain yang dituduhkan pada kelompok-kelompok yang beroperasi di Rusia, tetapi tidak secara langsung menghubungkan kegiatan tersebut dengan pemerintah Rusia.
Dalam pertemuan tatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa bulan lalu, Biden mengancam akan mengambil tindakan terhadap Moskow jika penjahat dunia maya terus beroperasi di dalam Rusia tanpa hambatan.
China secara konsisten membantah terlibat dalam kegiatan peretasan lewat dunia maya.
Sumber: voa