Asal-usul Tembakau Rokok di Dunia, Bagian dari Ritual Perdukunan Suku Indian

Gempita.co – Kebiasaan merokok tembakau ini awalnya justru untuk pengobatan.

Mengutip tobakonis.com, suku-suku asli di Amerika yang pertama kali menghisap tembakau sejak 5000 SM. Ketika itu, mengisap atau mengunyah tembakau merupakan bagian dari ritual perdukunan Suku Indian.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Diperkirakan Suku Maya mengonsumsi daun Nicotina tabacum untuk ritual dan pemujaan roh. Dugaan tersebut didasari oleh penemuan hieroglif yang menggambarkan seorang dukun Maya yang sedang merokok.

Ditambah lagi pada 2012, seorang arkeolog dari Universitas Albany menemukan sebuah guci peninggalan Suku Maya dari 1300 tahun yang lalu. Dalam guci tersebut, terdapat ukiran huruf yang kemungkinan berarti, “Wadah tembakau.” Setelah diteliti, ternyata guci tersebut memiliki alkaloid dengan banyak jejak-jejak nikotin.

Di bagian lain, seperti Kepulauan Bahama atau Teluk Meksiko, Suku Indian sudah memiliki kebiasaan merokok saat Columbus pertama kali datang. Daun tembakau biasa digulung rapat atau dimasukkan pipa sebelum dibakar. Biasanya, merokok dilakukan saat hari perayaan atau menyambut tamu.

Dalam kebudayaan Suku Aztec, tembakau lazim dikonsumsi oleh masyarakat kelas atas. Daun tanaman ini biasanya dijadikan campuran untuk obat dan penghilang rasa sakit. Untuk penggunaan sebagai obat, daun ini tidak dibakar melainkan ditumbuk bersama bahan lainnya lalu dioles.

Pada tahun 1492, Christopher Columbus tiba di sebuah pulau yang kini dikenal dengan San Salvador. Saat itu ia disambut hangat oleh penduduk asli Amerika, ia dan awaknya kemudian diberikan hadiah beberapa dedaunan tembakau kering.

Bingung dengan hadiah yang mereka dapatkan, Columbus dan rombongannya pun membuang daun itu karena tidak bisa dimakan. Setelah melakukan penjelajahan lebih jauh, mereka menemukan penduduk asli Amerika yang sedang membakar dan menghirup asap daun tembakau.

Setelah mengetahui hal tersebut, rombongan Columbus pun kemudian membawa daun itu pulang. Mereka lalu memperkenalkan tembakau sebagai komoditas dagang.

Tanpa disangka, daun tembakau tersebut ternyata cukup laku, terutama di kota-kota pelabuhan di Spanyol dan Portugis. Berkat banyaknya pelaut yang melakukan perjalanan ke Amerika, peredaran daun tembakau pun makin besar di Eropa. Para pelaut percaya bahwa kandungan zat dalam rokok bermanfaat untuk meredakan pilek dan radang tenggorokan.

Kemudian pada 1556, tanaman tembakau mulai dikembangkan di Eropa. Negara Eropa yang pertama kali mengembangkannya yaitu Prancis, kemudian disusul Portugal, Spanyol, dan Inggris. Pada 1571, tembakau tersebar di sebagian besar Eropa, tapi pada 1600-an disahkan hukum yang membatasi perkebunan dan penjualan daun ini.

Oleh sebab itu, beberapa negara membawa dan mencoba memperluas perkebunan di tanah-tanah jajahan mereka. Amerika, Asia, dan Afrika menjadi tempat tujuan perluasan lahan. Sementara di negara-negara Timur Tengah, tembakau menyebar lewat perdagangan.

Secara global jumlah konsumsi rokok di dunia masih amat tinggi yaitu mencapai 5,7 triliun batang rokok setahun. Di negara-negara maju jumlah penikmat memang rokok terus menurun, tetapi tidak demikian di negara berkembang yang jumlah pengguna rokok semakin meningkat.

Seperti dimuat dalam situs tobaccoatlas.com, pengguna rokok di negara berkembang malah bertumbuh. Di Indonesia, misalnya, pengguna rokok diprediksi bertambah 24 juta orang antara 2015-2025.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali