Awal Kehidupan Orang Jawa di Suriname Dipenuhi Dengan Diskriminasi

Pertjajah Leluhur, Partai Orang Jawa di Suriname (Foto: www.de-surinaamse-krant.com)

Jakarta, Gempita.co – Nama Raymond Sapoen mewarnai Pemilihan Presiden Suriname tahun 2015 silam. Sapoen, politikus yang sebelumnya menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan serta Menteri Pendidikan dan Pembangunan Rakyat Suriname, ikut ramai diberitakan di Indonesia karena ia ternyata keturunan Banyumas, Jawa Tengah.

Sapoen adalah cucu kuli kontrak di Banyumas. Dan ia melejit di Suriname, tanah yang kini menjadi tempat tinggal dia dan keluarganya.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Meski Sapoen akhirnya gagal maju menjadi calon presiden, namun tak melunturkan rasa bangga sebagian orang yang beretnis Jawa. Cerita tentang Sapoen menjadi bumbu penyedap kisah hidup orang Jawa di Suriname.

Jawa di Suriname adalah cerita yang sudah banyak didengar. Empat tahun lalu, 8 Juni 2015, komunitas Jawa di Suriname merayakan 125 tahun kepindahan mereka ke negara Amerika Latin tersebut.

Suriname, negara kecil di Amerika Selatan yang juga bekas koloni Belanda, adalah salah satu negara dengan populasi diaspora Jawa terbesar di dunia.

Antropolog Universitas Indonesia, Pasurdi Suparlan, mengatakan bahwa dalam rentang waktu 1890-1939, terdapat sekitar 31.499 orang Jawa yang tercatat secara administrasi melakukan migrasi dari Dutch East Indies (sekarang disebut Indonesia) ke Dutch West Indies (sekarang disebut Suriname).

Jumlah mereka sebetulnya tak terlalu banyak. Hanya, bumbu cerita yang terdengar seperti begitu berlebihan. Jawa cuma 15 persen dari seluruh penduduk Suriname. Di Suriname, diaspora India bahkan berjumlah lebih banyak, yaitu 27 persen dari total penduduk.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali