Jakarta, Gempita.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menjalankan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) untuk memulihkan ekonomi dan ekosistem terumbu karang di Bali.
Guna memastikan program ini berjalan dengan baik, KKP menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat serta penggiat konservasi setempat, untuk memastikan kesesuaian lokasi restorasi melalui penanaman terumbu karang.
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL), Tb Haeru Rahayu mengungkapkan sebagai langkah awal dan bagian dari perencanaan program ini, sejak tanggal 7 Oktober 2020 telah dilakukan survei biofisik dan sosial ekonomi yang melibatkan lembaga penelitian seperti LIPI, Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) serta akademisi dari beberapa universitas di Provinsi Bali yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di Bali.
“Rekomendasi hasil survey akan dijadikan acuan tidak hanya untuk mendapatkan potensi lokasi kesesuaian habitat dan sea-scaping penempatan model transplantasi karang, tetapi juga menjadi acuan untuk pelaksanaan pekerjaan swakelola berikutnya bersama organisasi masyarakat,” ungkap Plt Dirjen yang akrab disapa Tebe dalam sambutannya pada Ekspose Hasil Sementara Survei Bersama di Nusa Dua Bali, Minggu (11/10).
Tebe menjelaskan program ICRG akan melibatkan kurang lebih 11.000 pekerja sehingga program ini diharapkan dapat menjadi pengungkit kondisi ekonomi masyarakat pesisir dan para pelaku usaha di masa pandemi Covid-19 dan secara bersamaan akan memulihkan lingkungan ekosistem terumbu karang di Provinsi Bali.
“Jangan melihat ICRG saja tapi kita lihat dukungan terhadap PEN. Mudah-mudahan program ini bisa menjadi pemantik ekonomi di Bali,” ujarnya.
Kendati demikian, Tebe mengingatkan program ini tidak akan berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh semua pihak.
“Kami akan libatkan semua pemangku kepentingan agar transparan dan tidak ada yang ditutupi,” tegas Tebe.
Dalam forum yang sama, senada dengan Tebe, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Safri Burhanuddin menekankan tujuan utama ICRG adalah pemulihan ekonomi yang berdampak pada lingkungan. Harapannya, ekosistem terumbu karang yang rusak dapat diperbaiki.
“Pastikan jenis-jenis karang apa saja yang ada di perairan Bali, yang hilang dikembalikan. Lakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat dampak program ini terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir Bali dan harus dibuat transparan,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Jasa Kelautan Miftahul Huda menyampaikan program ICRG yang berada di Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pandawa dan Buleleng adalah langkah awal. Masih ada upaya untuk perawatan, yang memerlukan perhatian dan kepedulian berbagai pihak untuk membangun Kebun Coral sebagai tempat edukasi sekaligus wisata bahari.
Huda juga menjelaskan berdasarkan hasil survei sementara dari 200 spesies karang yang ada di perairan Bali, hanya tinggal 40 spesies. Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan LIPI untuk pengambilan bibit dari alam guna mengembalikan jenis karang yang telah hilang dari perairan Bali.
“Bekerja keras di awal, untuk menciptakan kondisi ekosistem dan kawasan wisata yang lebih terjaga, berkelanjutan dan menyejahteraan masyarakat pesisir adalah tugas kita bersama,” tutup Huda.
ICRG merupakan salah satu program padat karya yang digulirkan pemerintah dalam memulihkan kembali sektor pariwisata yang telah lumpuh akibat wabah covid 19.
Melalui program ini, restorasi terhadap ekosistem terumbu karang akan dilaksanakan di 5 (lima) lokasi perairan Provinsi Bali yaitu Nusa Dua, Serangan, Sanur, Pantai Pandawa dan Buleleng.
Program ini secara resmi telah diluncurkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Kelautan dan Perikanan (Men KP) Edhy Prabowo, dan Gubernur Bali I Wayan Koster secara daring pada Rabu lalu (7/10).