Badai Matahari Bakal Melumpuhkan Teknologi dan Jaringan Listrik

Lokasi melihat gerhana Gerhana Matahari Cincin pada 21 Juni 2020 akan melewati 432 kota dan kabupaten di 31 provinsi/Foto: net

Gempita.co – Badai matahari ekstrem akan menimbulkan bencana di planet Bumi, hal itu diingatkan para ilmuwan.

Pasalnya, badai matahari tersebut berpotensi melumpuhkan teknologi di Bumi.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Selama lebih dari 160 tahun, Badai matahari belum melanda planet ini, meskipun sempat datang hampir berbahaya pada tahun 2012.

Dipicu oleh sebuah peristiwa kuat dari aktivitas di Matahari, badai matahari memiliki kekuatan untuk menghapus satelit dan melumpuhkan jaringan listrik di planet bumi.

Peristiwa Carrington yang terkenal pada tahun 1859, ledakan skala besar plasma dan medan magnet dari matahari membawa dampak di seluruh Eropa dan Amerika Utara.

Jika peristiwa seperti itu terulang hari ini, para ilmuwan dari AS khawatir seluruh negara akan hancur.

Menurut Gabor Toth, Profesor Ilmu dan Teknik Iklim dan Antariksa di Universitas Michigan, hanya ada dua bencana alam yang dapat berdampak pada seluruh AS. Salah satunya adalah pandemi dan yang lainnya adalah peristiwa cuaca luar angkasa yang ekstrem.

Bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas matahari yang meningkat, telah melahirkan inisiatif bagi para ilmuwan untuk mengembangkan model peramalan baru untuk cuaca luar angkasa yang berbahaya.

Dijuluki program Space Weather with Quantified Uncertainties (SWQU), inisiatif ini dibuat tahun lalu oleh NASA dan National Science Foundation (NSF). Diantara solusi yang diusulkan untuk masalah tersebut adalah model peramalan yang dikembangkan oleh Profesor Toth dan timnya di University of Michigan.

Versi yang ditingkatkan dari model tersebut telah digunakan oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) sejak Februari tahun ini.

Versi Model Geospace yang disebut telah ditingkatkan ke versi 2.0, menggantikan model 1.5 yang digunakan sejak 2017. Alat ini memprediksi gangguan di tanah yang disebabkan oleh interaksi dengan angin matahari, aliran partikel bermuatan yang keluar dari Matahari dan keluar ke luar angkasa.

“Kami saat ini menggunakan data dari satelit yang mengukur parameter plasma satu juta mil jauhnya dari Bumi,” kata Profesor Toth.

Para peneliti sangat tertarik untuk mengamati ejeksi massa koronal atau CME (pengusiran besar plasma dan medan magnet dari korona Matahari) CME yang kuat diyakini bertanggung jawab atas Peristiwa Carrington.

“Itu terjadi lebih awal di Matahari. Dari titik itu, kita dapat menjalankan model dan memprediksi waktu kedatangan dan dampak peristiwa magnetik.” tambahnya.

Pakar dan rekan-rekannya menjalankan model peramalan pada superkomputer Frontera di Texas Advanced Computing Center di Austin.

Profesor Toth mengatakan, “Orang-orang yang mencoba sebelumnya gagal, namun mereka berhasil.

“Kami bekerja sejuta kali lebih cepat daripada simulasi brute-force dengan menciptakan pendekatan dan algoritma yang cerdas,” tandasnya.

Sumber: ATN

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali