Bangunan Bertingkat dari Kayu Bermunculan di Berlin Jerman, Apa Bedanya dengan Beton?

Gempita.co – Kini tren membangun dengan kayu sudah bermunculan, misalnya di Berlin.

Makin banyak orang tidak ingin tinggal di bangunan beton. Melainkan rindu untuk bermukim di bangunan kayu. Satu dari lima bangunan di Jerman, kini juga sudah dari konstruksi kayu. Apa penyebabnya?

Arsitek Farid Scharabi mengungkap, “Semua orang yang masuk ke bangunan dari kayu langsung terpukau dengan kualitas dan atmosfer bangunan.”

Manajer Perusahaan Kontraktor UTB Thomas Bestgen, mengemukakan,”Jika Anda masuk ke sebuah rumah kayu yang sudah selesai, sejak hari pertama Anda sudah merasa senang, dan merasakan atmosfer bermukim yang sangat berbeda.“

Bangunan dari kayu tertinggi di Jerman. Tingginya 98 meter, dan terdiri dari 29 lantai. Proyek-proyek semacam ini sekarang sudah ada di mana-mana di dunia. Ini ibaratnya proyek mercusuar. Dan ibukota Jerman, Berlin tentu ikut serta.

Negara bagian Berlin memutuskan untuk menggunakan kayu bagi seluruh bangunan di sebuah area, yaitu Kurt-Schuhmacher-Quartier, ungkap Thomas Bestgen. Gedung sekolah harus 100% dari kayu. Ini langkah yang benar, kata Bestgen, dan menekankan, kita harus memperhitungkan netralitas iklim di kota-kota.

“Dan sebagai materi, kayu tentu sangat menolong. Kayu selama ratusan tahun mengikat CO2, dan jika digunakan untuk bangunan, CO2 tetap terikat. Itu bedanya dengan beton.”

Namun beton tetap saja jadi materi utama bangunan. Di Berlin juga baru dibangun area yang hampir 100% bangunannya dari beton. Hanya sebuah rumah yang sebagiannya akan berkonstruksi kayu.

Bangunan itu akan selesai akhir tahun ini. Fundamen dan tangganya dari beton, dan bagian lainnya dari kayu. Arsitek Farid Scharabi sudah membuatnya sejak lebih dari 10 tahun lalu, ini salah satu yang pertama di Berlin.

Pelopor bangunan kayu

“Kami memang pionir, dan kami juga menghadapi banyak tantangan seperti juga pionir lain. Kami berusaha membuka jalan, dan melewati rintangan,“ kata Farid Scharabi.

Ia bertutur, kantor arsiteknya juga harus berjuang melawan pihak-pihak yang menentang, juga di badan pemerintah. Mereka harus membuat tim perencana, dan harus meyakinkan pemborong. “Awalnya sama sekali tidak mudah.”

Sebuah bangunan dari kayu, yang terdiri dari 40 bagian, jadi proyek terbaru Scharabi. Dengan proyek itu, timnya masuk tahap final penghargaan keberlanjutan 2021 di Jerman.

“Dulu waktu kami tertarik pada kayu, jujur saja, alasannya bukan ekologis. Itu tahun 2007.“ Pertama kali ia terpikir untuk membangun dengan kayu tahun 2005, adalah karena aspek estetisnya. Ia rasa kayu sangat cantik.

“Kesadaran bahwa kayu juga menyimpan CO2, dan dalam jumlah sangat besar, itu baru muncul belakangan,“ jelas Scharabi.

Sumber: DW.com

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali