Banjir di Sintang, 87.496 Jiwa Terdampak, 2 Meninggal

Banjir di Kabupaten Sintang

Sintang,  Gempita.co – Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkapkan, setidaknya ada 12 kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang sampai Minggu (7/11/2021), masih tergenang banjir.

“Pantauan BPBD setempat tinggi muka air mengalami kenaikan kembali. Hingga kini, Kabupaten Sintang masih berada pada status tanggap darurat,” kata Muhari, dalam keterangannya, Minggu (7/11/2021).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang, saat ini ketinggian muka air berkisar di antara satu hingga tiga meter.

Adapun, 12 kecamatan yang terdampak banjir meliputi Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak, Sepauk, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Sei Tabelian, dan Kelam Permai.

Sementara hingga Sabtu (6/11/2021), jumlah penduduk yang terdampak banjir ada sebanyak 24.522 kepala keluarga atau sekitar 87.496 jiwa.

Selain itu, 2 warga dari Kecamatan Tempunak dan Binjai pun dikabarkan meninggal dunia saat banjir besar menerjang kabupaten tersebut.

Terkait kerugian akibat banjir, untuk sementara tercatat ada sebanyak 21.000 unit rumah dan 5 jembatan yang terdampak, termasuk sejumlah tempat ibadah terendam air.

Dugaan terbesar terkait penyebab banjir di Sintang adalah degradasi lingkungan khususnya kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.

Hal itu dibenarkan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale. Ia mengatakan, bahwa sebagian besar daerah penyangga DAS Kapuas, termasuk di dalamnya ada wilayah Sintang, mengalami deforestasi karena pembukaan tutupan hutan untuk aktivitas ekstraktif.

“Yang perlu dilakukan adalah peninjauan ulang tata ruang. Perizinan yang ada hendaknya ditinjau ulang,” ujar Ale.

Sebagi informasi, mengacu data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, sekitar 1,01 juta dari 14 juta hektare luas DAS di Kalbar telah dalam kondisi kritis.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali