Bank Indonesia: Holding Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren Menjadi Prioritas Pengembangan

Jakarta, Gempita.co – Pesantren Didorong untuk menjadi pelaku ekonomi syariah terutama menjadi pemain kunci industri halal dengan membentuk holding bisnis pesantren.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan holding himpunan ekonomi bisnis pesantren (Hebitren), akan menjadi prioritas pengembangan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Aktivitas ekonomi di pesantren sudah dimulai lama, tapi belum optimal,” ujar dia dalam sebuah seminar daring, Rabu.

Menurut Destry, saat ini terdapat sekitar 27.722 pesantren tersebar seluruh Indonesia dengan 4 juta orang santri.

Hal ini menurut dia akan menjadi kekuatan strategis untuk pemain kunci industri halal dan mendukung perekonomian nasional.

Holding ini menurut dia nantinya berupa gabungan dari berbagai unit usaha koperasi dari berbagai pesantren dalam wilayah yang berdekatan.

“Ini juga memperkuat peningkatan korporatisasi UMKM termasuk uni usaha syariah di pesantren,” ujar dia.

Menurut dia, holding ini bukan saja akan memperbesar aktivitas ekonomi tapi juga membentuk daya tawar pesantren dalam penentuan harga.

“Pada gilirannya akan membentuk kemandirian pesantren dalam menjalankan kegiatan utamanya (pendidikan),” ujar dia.

Holding ini juga akan meningkatkan akses keuangan, pembiayaan, pasar termasuk meningkatkan tata kelola pesantren.

Sejumlah sektor usaha menurut dia bisa dikembangkan oleh holding ekonomi pesantren, seperti pertanian terintegrasi, energi terbarukan, industri pengolahan makanan, pakaian, dan energi terbarukan.

“Ini nanti akan diintegrasikan dalam unit usaha yang lebih besar,” ujar dia.

BI juga telah memulai beberapa pilot project untuk mendukung holding ini terutama dalam sisi digitalisasi ekonomi dan keuangan.

Contohnya, pembangunan greenhouse tanaman hortikultura berbasis Internet of things di pesantren, pengembangan pasar virtual market pesantren, dan sistem akuntansi pesantren Indonesia.

“Hebritren ini diharapkan dapat berkontribusi aktif melalui pengembangan usaha ekonomi syariah pada perbaikan ekonomi nasional,” ujar dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap para pelaku ekonomi syariah fokus untuk mengembangkan sektor ini dengan menekankan pada aspek kejujuran, kehandalan, tata kelola yang baik dan menjaga kepercayaan masyarakat.

“Jangan sampai terjadi, saat kita menyebut industri keuangan syariah masyarakat langsung merasa tidak terlindungi,,” ujar Menteri Sri Mulyani dalam forum yang sama.

Pemerintah menurut dia memberikan berbagai dukungan pada perkembangan ekonomi syariah dan industri halal, termasuk membuka kawasan ekonomi khusus.

Untuk sektor jasa keuangan syariah, menurut Menteri Sri Mulyani tumbuh cukup signifikan, meski kapitalisasi pasanya baru mencapai 9,89 persen.

Namun angka ini belum termasuk kapitalisasi saham syariah dengan total aset mencapai Rp1.802 trililun.

Kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) hasil merger bank syariah milik pemerintah menurut dia diharapkan bisa memberikan layanan lebih luas.

Sumber: anadolu agency

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali