Bayi Asal Inggris Tertinggal di Afghanistan, Begini Kisahnya!

Gempita.co – Kisah sedih ini berawal pada September 2020, saat pasangan muda Inggris, pulang ke Afghanistan untuk menengok keluarga. Ia sedang hamil besar.

Identitasnya disembunyikan demi keamanan– sudah menghubungi Kedutaan Besar dan pasukan Inggris di Kabul sebelum meninggalkan Afghanistan menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Namun jawabannya mengecewakan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Nahas, paspornya hilang dalam perjalanan. Ia tidak bisa kembali ke Inggris.

Suaminya menyusul pada Desember. Afghanistan masih dibawah pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, dan pasukan Amerika Serikat serta Inggris masih bercokol di sana.

Sambil menunggu urusan dokumen pengganti, ia melahirkan bayi perempuannya di Kabul pada Januari 2021. Ia hanya punya waktu 30 hari untuk kembali ke Inggris mengurus visa pengganti.

“Mereka berkata, ‘Tunggu sampai dia mendapatkan paspornya’. Saya memberi tahu mereka akan terlambat,” kata sang ayah kepada BBC, Rabu (1/9) malam. “Mereka bilang, bayi Anda belum menjadi orang Inggris. Anda harus menunggu sampai paspornya selesai, lalu dia orang Inggris, baru kami bisa membantu Anda,” ia menambahkan.

Tidak ada pilihan, pasangan muda ini pulang ke London dengan meninggalkan sang orok di rumah kakek-neneknya. Mereka berharap segera kembali ke Afganistan setelah urusan dokumen kelar.

Ternyata urusan visa di Inggris lambat hingga tiga bulan. Kemudian Afghanistan kaos (chaos), situasi tambah runyam. Pasangan ini sudah meminta tolong pemerintah Inggris untuk mengevakuasi bayinya, tapi terganjal soal paspor.

Baru pada Rabu, ia mendapatkan paspor untuk bayinya ketika proses evakuasi sudah jatuh tempo. Padahal, ia mengurus dokumen tersebut sejak Maret.

“Dia terjebak di Afghanistan karena keterlambatan paspor. Jika paspor tidak memakan waktu lama, dia pasti ada di sini bersama kami,” ujar perempuan tersebut.

Sang bayi kini dalam asuhan kakek-neneknya, yang dulu pernah membantu pasukan Inggris ketika masih di Afghanistan. Tapi saat Inggris meninggalkan Kabul, mereka tidak mau membawa seorang bayi untuk bertemu orang tuanya hanya karena paspor.

“Kami membantu Inggris ketika mereka datang ke negara kami, tetapi sekarang ketika kami membutuhkan bantuan, tidak ada yang mau tahu,” ujar ibu bayi itu.

Sumber: BBC

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali