Bangkok, Gempita.co – Bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan kelompok pendukung keluarga kerajaan Thailand, di luar gedung parlemen Thailand di Kota Bangkok.
Dalam bentrokan terbaru di Bangkok pada Selasa (17/11/2020), lima orang dikabarkan mengalami luka tembak, dua di antaranya adalah mahasiswa. Bentrokan ini disebut-sebut sebagai yang terparah sejak gerakan menuntut reformasi di Thailand dimulai Juli lalu.
Dilansir dari Guardian, Rabu (18/11/2020), menurut pusat medis Erawan di Bangkok, sebanyak 36 orang lainnya juga mengalami luka-luka usai terlibat bentrok dengan polisi.
Aksi menuntut reformasi di Thailand sebagian besar digerakkan pemuda. Mereka meminta agar konstitusi Thailand direformasi, dan juga mendorong agar keluarga kerajaan lebih terbuka mengenai berbagai hal, termasuk soal anggaran.
Merespons aksi protes, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha pernah menjanjikan pembahasan proposal amandemen konstitusi negara.
Selasa kemarin, jajaran anggota parlemen Thailand sedang mempertimbangkan untuk menggelar debat terkait proposal amandemen konstitusi. Selama sesi pertemuan di parlemen, ribuan orang berunjuk rasa di luar gedung.
Polisi berusaha menahan pergerakan massa dengan memasang beberapa penghalang, termasuk kawat berduri. Polisi juga menembakkan meriam air dan juga gas air mata ke arah pengunjuk rasa.
Sebagian pedemo membawa balon bebek yang merupakan simbol penghinaan terhadap pemerintahan Thailand yang sarat petinggi militer. Saat petugas menembakkan meriam air, para pengunjuk rasa berlindung di balik bebek tersebut.
Para demonstran terlihat batuk-batuk dan juga menuangkan air ke wajah mereka usai terkena semacam cairan kimia yang ditembakkan dari meriam air.
“Berhenti menuduh kami melanggar hukum, justru Anda (polisi) yang melanggar hukum dengan melukai warga,” kata Parit Chirawak, salah satu tokoh pemuda di Bangkok.
“Kami berjuang demi masa depan yang lebih baik dan bagi semua orang. Jadi, jangan terus-menerus menembakkan meriam air,” sambungnya.
Seorang juru bicara polisi mengatakan, meriam air terpaksa digunakan karena para pengunjuk rasa berusaha menerobos masuk ke area terlarang. Sejak awal gelombang protes hingga saat ini, puluhan orang di Thailand telah ditangkap polisi atas berbagai tuduhan.
Sumber: AsiaToday/ATN