Jakarta, Gempita.co-Bank Indonesia (BI) menyatakan akan tetap konsisten untuk menjaga stabilitas harga meski daya beli masyarakat masih lemah imbas meluasnya dampak pandemi COVID-19.
Bank sentral juga akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah guna mengendalikan inflasi tetap dalam target pada kisaran dua persen sampai empat persen.
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 kembali mengalami deflasi 0,05 persen (mtm), melanjutkan deflasi yang terjadi sejak Juli 2020. Perkembangan ini selain dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah, juga didorong oleh deflasi pada kelompok volatile food dan administered prices.
”Secara tahunan inflasi IHK September 2020 tercatat 1,42 persen meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 1,32 persen ,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, di Jakarta, Jumat (2/10/2020).
Adapun inflasi inti September 2020 yang menggambarkan daya beli masyarakat juga tercatat rendah yaitu 0,13 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,29 persen (mtm).
Penurunan ini terutama didukung oleh inflasi komoditas emas perhiasan yang mereda sejalan dengan perlambatan harga emas dunia.
Sementara itu, inflasi beberapa komoditas seperti uang kuliah akademi/perguruan tinggi dan upah tukang bukan mandor mengalami peningkatan. Secara tahunan, inflasi inti tercatat tetap rendah sebesar 1,86 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi Agustus 2020 sebesar 2,03 persen (yoy).
”Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik yang belum kuat. Kebijakan Bank Indonesia akan tetap konsisten dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, harga komoditas dunia yang rendah, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga,” tuturnya. Kelompok volatile food kembali tercatat deflasi 0,60 persen (mtm) pada September 2020, namun tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya 1,44 persen (mtm). Penurunan harga bahan pangan masih berlanjut seiring dengan melambatnya permintaan domestik, di tengah pasokan yang memadai didukung panen di beberapa sentra dan kendala distribusi yang minimal.
Sejumlah komoditas yang mendorong deflasi kelompok volatile food antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah. Deflasi kelompok volatile food yang lebih dalam tertahan oleh inflasi komoditas minyak goreng dan bawang putih. ”Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 0,55 persen (yoy), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,09 persen (yoy),” ucap Onny.
Kelompok administered prices juga kembali mengalami deflasi 0,19 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,02 persen (mtm). Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,63 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,03 persen (yoy). ”Perkembangan ini terutama didorong oleh berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara selama September 2020 seiring masih rendahnya permintaan dan meningkatnya kembali kasus COVID-19 di Indonesia yang berdampak pada tertahannya mobilitas masyarakat,” cetus Onny.