Canggih! Kerja Bareng Kementerian Ini, Melahirkan Pesawat Amfibi

Jakarta, Gempita.co – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mulai mengembangkan pesawat jenis amfibi N219A yang merupakan pengembangan dari pesawat komersial N219.

Pesawat ini dapat melakukan lepas landas dan pendaratan di permukaan air.

Pemerintah Indonesia melalaui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong pengembangan pesawat N219A amfibi ini karena sangat diperlukan bagi negara kepulauan, baik di Indonesia maupun negara-negara di Asia Pasifik.

Menurut Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Ayodhia G L Kalake, fleksibilitas yang dimiliki pesawat ini mampu mendarat di darat, danau dan sungai besar, hingga teluk dan laut.

Selain itu, amphiport (airport untuk pesawat amfibi) dapat dibangun dengan lebih mudah dan murah jika dibandingkan dengan airport pada umumnya.

“Pesawat ini telah diproduksi dengan mengedepankan TKDN, sehingga hasil karya dalam negeri ini tentu mendukung pengembangan konektivitas darat dan laut di Indonesia,” kata dia seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (14/11/2021).

Direktur Produksi Dirgantara Indonesia Batara Silaban menjelaskan pesawat tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai sektor, seperti layanan pariwisata, layanan perjalanan dinas pemerintahan, perusahaan migas, layanan kesehatan masyarakat, SAR dan penanggulangan bencana, dan pengawasan wilayah Maritim.

Di Indonesia, potensi pasar terbesar berada di bidang pariwisata. Pesawat ini tentunya juga mampu mengakomodir Pulau-Pulau terluar, tertinggal, terdepan (3T) yang tersebar di Indonesia.

Berbagai wilayah di Indonesia pun cukup berpotensi untuk menggunakan pesawat ini, seperti Danau Toba, Pulau Bawah Kepri, Pulau Derawan Kaltim, Raja Ampat, Wakatobi, dan Pulau Moyo. Potensi pasar yang besar juga terlihat khususnya di Asia Pasifik.

Kini, ada 150 unit pesawat aktif dan 45 persen dari total populasi tersebut telah memasuki masa aging.

“Jika sesuai dengan linimasa yang ada, pesawat ini diperkirakan dapat melaksanakan penerbangan pertamanya di tahun 2023,” ungkapnya.

Pesawat N219A memiliki kecepatan hingga 296 kilometer (KM) per jam pada ketinggian maksimal 10.000 kaki. Dengan beban 1560 kilogram, pesawat itu mampu menempuh jarak hingga 231 km.

Untuk lepas landas ke ketinggian 35 kaki dari darat membutuhkan jarak 500 meter, sedangkan dari air, pesawat tersebut membutuhkan jarak hingga 1400 meter.

Kemudian untuk pendaratan dari ketinggian 50 kaki, pesawat ini membutuhkan jarak 590 meter untuk di darat, dan 760 meter untuk di laut.

“Maximum Take-Off Weight pesawat ini mencapai 7030 KG dengan maximum landing weight 6940 KG, dengan total kapasitas bahan bakar 1600 KG,” jelasnya.

Dalam menyempurnakan pesawat itu, berbagai kementerian dan lembaga turut andil di dalamnya.

Kementerian Perhubungan, LAPAN, BPPT, dan PTDI terlibat dalam memaksimalkan pengembangan pesawat ini. Namun, pengembangan pesawat N219A mengalami permasalahan dalam hal penganggaran karena adanya perubahan struktur organisasi LAPAN dan BPPT yang masuk ke dalam organisasi BRIN.

Hal itu telah mempengaruhi perencanaan pengembangan yang sudah ditetapkan sampai tahun 2024 tersebut. Selain itu permasalahan lain seperti tingkat korosif yang tinggi karena mendarat di laut.

Asdep Industri Maritim dan Transportasi Kemenko Marves Firdausi Manti meminta PTDI menginventarisasikan berbagai problematika yang ada.

“Kami harap nantinya ada pertemuan lanjut antara PTDI dan berbagai pihak, baik dengan BRIN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN,” ungkapnya.

Sumber: ATN

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali