Catat ! Pertumbuhan Utang Luar Negeri Indonesia Melambat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan antisipasi corona dengan melakukan karantina uang kertas dan logam selama 14 hari dan kemudian disemprotkan disinfektan, sebelum diedarkan. (Foto: Alinea.id)

Jakarta, Gempita.co – Direktur Esksekutif Kepala Biro Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyebutkan utang Luar Negeri Indonesia tumbuh melambat dari 3.9 persen di triwulan III menjadi 3.5 persen pada triwulan IV 2020.

Bank Indonesia mencatat, posisi ULN sampai akhir tahun 2020, sebesar USD 417.5 miliar .

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Perlambatan ULN tersebut terutama disebabkan perlambatan pertumbuhan ULN swasta,” ujar Direktur Esksekutif Kepala Biro Komunikasi Erwin Haryono, Senin ( 15/2/2021).

ULN sebesar USD 417.5 miliar terdiri dari utang sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD 209.2 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 208.3 miliar.

Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan ULN pemerintah di triwulan IV 2020 sebesar 3.3 persen atau sejumlah USD 206.4 miliar, dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1.6 persen.

Namun peningkatan ULN pemerintah ini, kata Erwin, didukung oleh terjaganya kepercayaan investor sehingga mendorong masuknya aliran modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), di samping adanya penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas, yang diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,9% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,7%), sektor jasa pendidikan (16,7%), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,9%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,1%),” jelas Erwin.

Sementara itu, ULN swasta tumbuh melambat di akhir triwulan IV 2020 sebesar 3.8%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6.2% yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam.

Menurut laporan BI, pada akhir triwulan IV 2020, ULN PBLK tumbuh sebesar 6.4%  melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8.4%.  Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat sebesar 4.7%, lebih besar dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat 0.9%.

Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77.1% dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.

Bank Indonesia menilai struktur ULN Indonesia hingga saat ini masih sehat, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV 2020 yang tetap terjaga di kisaran 39.4%, meskipun meningkat dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 38.1%.

Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat juga tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89.1% dari total ULN.

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, lanjut Erwin, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” pungkasnya.

Sumber: rri.co.id

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali