Dahlan Iskan: Dokter Hewan Indro Cahyono Temukan Garam Obat Covid-19

Dari kacamata Dahlan Iskan ada hal yang berbeda antara Wuhan dan Jakarta dalam merespon wabah virus corona. Situasi di Ibu Kota sekarang belum mencekam seperti saat awal virus corona mewabah di Wuhan.(Foto: Net)

Gempita.co- Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2009 – 2014, Dahlan Iskan, menyebut, seorang dokter hewan, Indro Cahyono, menemukan garam krosok dapat digunakan sebagai obat Corona Virus Disease-19 (Covid-19).

“Jadi, rakyat berhak membuat protocol sendiri untuk terhindar dan atau sembuh dari serangan Covid-19,” kata Dahlan Iskan, dalam disway.id dan bergelora.com.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Indro Cahyono, lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Begitu banyak ahli virus yang latar belakangnya dokter hewan. Prof Dr Fedik Abdul Rantam, ketua Tim Vaksin Merah Putih Unair adalah juga dokter hewan. Prof Nidom ahli vaksin pendukung VakNus itu juga dokter hewan.

”Protokol Rakyat” itu sederhana sekali. Juga murah sekali. Indro bisa mempertanggungjawabkan secara ilmiah.

”Protokol Rakyat” itu didasari oleh penelitiannya sendiri pada virus Covid-19. Di sebuah labaratorium di Bogor. Berbulan-bulan,” ujar Dahlan Iskan.

Memang cara drh Indro Cahyono menyampaikan ”Protokol Rakyat” itu seperti tidak ilmiah dan seperti bukan dari seorang ilmuwan.

Padahal Indro Cahyono seorang ilmuwan virus. Setelah jadi peneliti virus lebih 5 tahun, Indro Cahyono ke University of Adelaide, Australia. Untuk memperdalam virology.

Indro Cahyono jadi student by research. Tidak harus kuliah. Ikut riset di sana. Bersama profesor-profesor virology di University of Adelaide.

Indro Cahyono mempelajari gabungan molekular genetik dan sifat keganasan isolate virus dari paramyxovirus ,virus ND asal Indonesia.

Peralatan ”Protokol Rakyat” dari drh Indro Cahyono, sangat sederhana: sendok makan, botol plastik, baskom cuci baju, botol kecap atau botol cuka, dan corong kertas. Bahannya hanya dua macam: garam krosok dan air mineral.

Harga garam itu hanya Rp3.000/kilogram. Harga air mineralnya kita sudah tahu.

Jenis garam yang dipakai harus garam asli. Disebut garam krosok. Yang murah itu. Yang belum diolah di pabrik. Yang belum dicampur yodium.

Drh Indro Cahyono menghindari bahasa ilmiah: NHCL. Rakyat tahunya garam krosok. Padahal maksudnya sama.

Caranya: garam satu sendok makan (sampai menggunung di sendok) dimasukkan ke dalam air 1 liter. Lalu dikocok sampai tercampur jadi air.

Air NHCL itu dimasukkan ke botol kecap atau botol cuka. Yang tutupnya berlubang kecil itu. Satu liter itu bisa dipakai beberapa kali.

Cara memakainya: duduklah di kursi. Anda pangku baskom besar untuk cuci baju. Atau baskom itu Anda taruh di meja di depan Anda. Lalu Anda ambil botol kecap yang sudah berisi NHCL tersebut.

Tundukkan sedikit kepala. Miringkan ke kiri. Masukkan lubang tutup botol kecap itu ke lubang hidung kanan. Semprotkan NHCL ke dalam hidung –dengan cara memencet botolnya. Tiga atau lima kali.

NHCL yang Anda semprotkan ke lubang kanan itu akan keluar di lubang kiri –jatuh ke baskom yang Anda pangku.

Lantas miringkan kepala ke kanan. Masukkan NHCL ke lubang hidung kiri. Air NHCL itu akan keluar dari lubang kanan, tumpah ke baskom.

Bisa juga tidak perlu pakai baskom. Anda bisa melakukan dengan cara duduk di kursi di dekat watafel. Wastafel itulah baskomnya. Seperti yang dilakukan Nick Nurrachman –komisaris Pelindo II yang dulu komisaris Kimia Farma.

Nick melakukan itu tiap empat jam sekali di siang hari. Dalam tiga hari Covid-19 negatif. Pekan lalu.

Syaratnya Anda harus tahu kapan virus mulai masuk ke hidung. Atau ke mulut Anda. Protokol Rakyat itu harus dilakukan sebelum hari ke 5 terkena Covid-19. Yakni sebelum virusnya pindah ke paru atau ke bagian lain tubuh.

Begitu mudah. Begitu murah. Begitu tidak merepotkan orang lain. Tidak mengganggu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tapi Anda akan dimusuhi orang yang punya proyek di Covid-19.

Cara itu memang sederhana. Tapi untuk sampai di sana penelitiannya tidak sederhana. Berbulan-bulan drh Indro berada di laboratorium di Bogor.

Virus Covid-19 itu begitu kuat melekat di dasar tabung laboratorium. Berbagai cara melepaskannya tidak berhasil. Kuat sekali. Maka drh Indro memasukkan cairan NHCL.

Berbagai kadar NHCL sudah dicoba.

Akhirnya ia menemukan: NHCL kadar 0,9 yang bisa melepaskan virus itu dari dasar tabung. Dan menghancurkannya.

Tentu rakyat akan sulit kalau berurusan dengan NHCL. Apalagi harus di kadar 0,9. Maka drh Indro membuat rumus yang sesuai dengan pemahaman rakyat: satu sendok-makan garam itu sama dengan 10 gram.

Kalau dimasukkan ke air 1 liter berarti kadarnya sekitar 0,9. Kurang dari itu tidak ampuh. Kelebihan sedikit tidak apa-apa.

Penjelasan itu begitu mudah dipahami.

Bolehkah kita langsung beli NHCL 0,9 dari apotek? Tidak perlu beli garam?

“Boleh. Tapi lebih baik pakai garam krosok,” katanya.

Berarti bagi yang merasa belum terkena Covid baik juga melakukan itu. Setidaknya tiga hari sekali –siapa tahu ada virus yang masuk ke hidung dan belum pindah ke paru.

Drh Indro orang yang santai. Ia orang yang mandiri. Kini ia memilih sebagai konsultan independen virology.

Sampai sekarang pun ia belum mau membuat tesis, sehingga belum bisa mendapat gelar S-2 dan tidak peduli.

“Sekarang pun kalau saya mau membuat tesis masih diterima,” katanya, “Saya masih tetap menjadi partner riset profesor virology di University of Adelaide.”

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali