Dalam Sehari Ribuan Meninggal di India Karena COVID-19, Petugas Kremasi Kewalahan Karena Kayu Langka

Papan nisan kuburan bertulisan "Corona Bin Covid" di Taman Jatinegara Barat, Jakarta Timur untuk mengingatkan bahaya Covid-19/net

GEMPITA.CO- India sedang berupaya menghentikan meluasnya penyebaran COVID-19 di negara padat penduduk itu. India bahkan mencatatkan rekor baru dunia dengan tambahan 314.835 kasus dan ribuan orang meninggal per harinya.

Warga Delhi Nitish Kumar terpaksa menyimpan jasad ibunya di rumah selama hampir dua hari sambil mencari ruang di krematorium kota tersebut. Ini merupakan sebuah tanda banjir kematian di ibu kota India tempat kasus COVID-19 mengganas.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Pada Kamis, dikutip dari Kantor Berita Antara, Kumar mengkremasi ibunya, yang meninggal karena COVID-19, di tempat kremasi massal darurat di sebuah parkiran yang letaknya di sebelah krematorium di Seemapuri, timur laut Delhi.

“Saya mencari ke sana-sini tetapi semua krematorium mempunyai berbagai alasan … salah satunya kehabisan kayu,” kata Kumar, dengan masker di wajahnya.

India mencatat jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi di dunia yakni 314.835 kasus pada Kamis (22/4), dengan gelombang kedua pandemi menghancurkan infrastruktur kesehatan yang lemah. Di Delhi saja, di mana rumah sakit mengalami krisis pasokan oksigen, lonjakan kasus harian COVID-19 mencapai 26.000.

Mereka yang kehilangan orang terkasih di ibu kota India, tempat 306 orang meninggal karena COVID-19 dalam sehari, beralih ke fasilitas darurat yang melakukan penguburan massal dan kremasi lantaran krematorium kewalahan.

Jitender Singh Shunty, penyedia layanan medis Shaheed Bhagat Singh Sewa Dal, mengatakan hingga Kamis malam 60 jasad telah dikremasi di fasilitas darurat di lapangan parkir dan 15 jasad lainnya masih menunggu.

“Tak seorang pun di Delhi pernah menyaksikan pemandangan demikian. Anak-anak yang berusia 5 tahun, 15 tahun, 25 tahun sedang dikremasi. Pengantin baru dikremasi. Berat untuk melihatnya,” ungkap Shunty dengan mata berkaca-kaca.

Shunty, yang mengenakan alat pelindung dan sorban kuning cerah, mengatakan tahun lalu selama puncak gelombang pertama COVID-19 jumlah maksimal jasad yang ia bantu kremasinya adalah 18 jasad sehari. Dengan rata-rata 8-10 per hari.

Menurutnya, pada Selasa, sebanyak 78 jasad dikremasi di satu tempat saja.

Kumar bercerita ketika ibunya, yang seorang petugas kesehatan pemerintah, terbukti positif COVID-19 10 hari yang lalu, otoritas tidak mendapatkan tempat tidur rumah sakit untuknya.

“Pemerintah tidak melakukan apa-apa. Hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluargamu. Kamu sendiri,” katanya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali