Denpasar, Gempita.co – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat di Bali. Salah satu agenda pembahasan terkait khasiat arak Bali yang diklaim disebut bermanfaat bagi pemulihan pasien Covid-19.
Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas Himawan Hariyoga mengatakan, tujuan kegiatannya lebih kepada upaya penyerapan aspirasi dari masyarakat yang diwakili oleh parah tokoh masyarakat dan adat di Bali.
“Saran-saran yang kami harapkan yakni langsung dari para pelaku di lapangan, seperti halnya saat ini di tengah pandemi Covid-19 yang tak lepas dari peran desa adat di Bali. Ini sangat penting, karena kami ingin perencanaan yang kami buat bisa dilaksanakan di lapangan dan ketika sudah dilaksanakan Bappenas ingin perencanaan tersebut bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Himawan di Balai Adat Pendungan, Denpasar, Senin (3/8/2020).
Sementara itu, tokoh masyarakat Bali Prof Made Agus Gelgel Wirasuta, yang saat ini tengah viral karena temuannya berupa ramuan arak Bali. Ramuan tersebut diklaim mampu meringankan dan membantu pengobatan infeksi akibat Covid-19.
“Sebenarnya metode menggunakan arak ini sudah tidak asing, di lontar Bali juga sudah dimuat, bahkan pengobatan internasional juga memanfaatkan terapi uap arak untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan. Namun, hal ini memiliki efek samping, jika kandungan alkohol terkonsentrasi, maka akan menimbulkan bahaya terbakar, ini sangat berbahaya,” ungkapnya.
Di Amerika, lanjut dia, banyak dilaporkan kasus terbakar akibat menghirup uap alkohol. Hal inilah yang kembali dilakukan riset dan modifikasi bersama bahan lainnya agar bisa menjadi obat terutama untuk pengobatan Covid-19.
Dukungan Gubernur
Bukan hanya karena inisiatif sendiri saja, pengembangan ramuan ini juga karena dukungan yang besar dari Gubernur Bali Wayan Koster yang mengharapkan adanya pengembangan obat yang berasal dari kearifan lokal mengingat banyak bukti bahwa pengobatan lokal Bali sangat berkhasiat.
Belum adanya penemuan anti virus yang benar-benar mampu mencegah, dan ancaman penyebaran yang semakin banyak, ditambah dampak ekonomi yang semakin parah apabila waktu penanggulangan Covid-19 semakin lama, juga menjadi kajian Gubernur Koster dalam mendukung upaya penemuan ini.
“Dari penerapannya kami contohkan dari 19 pasien yang positif, setelah mendapat therapi dalam tiga hari yang negatif 15 orang dan 4 orang tetap positif, artinya memberikan tingkat kesembuhan sekitar 78 persen. Sejak itulah langsung diperintahkan Gubernur Bali untuk langsung dikerjakan, dan sejak itu pula tingkat kesembuhan terus meningkat,” ucapnya.
Prof Gegel menambahkan, dari data statistik, laju penyembuhan dengan menggunakan ramuan ini dalam tiga hari sebanyak 70 persen dibanding fase normal yang dalam dua pekan hanya 50 persen.
Namun, di balik keberhasilan itu, ada beberapa kendala yang masih dihadapi saat ini terkait izin yang belum terbit sedangkan data yang disampaikan sudah lengkap.
Sembari menunggu keluarnya izin, Prof Gelgel melalui rombongan Bappenas berharap bisa memediasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengutamakan temuannya sehingga uji klinisnya cepat terbit, sehingga jika memang layak untuk produksi massal bisa segera didistribusikan untuk membantu penyembuhan pasien Covid-19 di Indonesia bahkan dunia.