Washington, Gempita.co – Ketegangan AS – China kembali yang ditandai dengan adanya pernyataan dari penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, bahwa perjanjian dagang kedua negara telah berakhir. Hal itu diklaim sebagai konsekuensi dari sikap China ihwal penanganan virus corona.
“Ini (kesepakatan dagang) telah berakhir. Mereka pada saat itu telah mengirim ratusan ribu orang ke negara ini untuk menyebarkan virus. Dan hanya beberapa menit setelah roda pesawat (yang mereka tumpangi) lepas landas, kita mulai mendengar tentang pandemi ini,” tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (23/06/2020).
Pecahnya amarah AS tersebut menjadi momok bagi paleku pasar sehingga menjadi sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Alhasil, aset-aset berisiko pun banyak ditinggalkan, termasuk rupiah yang lagi-lagi tertekan secara global.Dilansir dari RTI, hingga pukul 09.45 WIB, dolar AS membuat rupiah skakmat dan terkoreksi -0,50% ke level Rp14.213.
Bahkan, beberapa saat sebelumnya rupiah jatuh ke level terdalam di angka Rp14.216 per dolar AS. Rupiah juga apes karena melemah di hadapan dolar Australia (-0,59%), poundsterling (-0,52%), dan euro (-0,43%). Mayoritas mata uang Asia juga ikut memborbardir rupiah, misalnya dolar Hong Kong (-0,38%), dolar Taiwan (-0,38%), yuan (-0,35%), dolar Singapura (-0,34%), won (-0,34%), ringgit (-0,30%), dan yen (-0,13%). Hanya ada baht yang mampu ditaklukkan rupiah sebesar 0,89%.