Dolar AS Mulai ‘Dimusuhi’, Rusia dan China akan ‘Tendang’ dari Sistem Keuangan Negaranya

Moskow, Gempita.co – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyerukan penggunaan mata uang internasional alternatif dan meninggalkan dolar dalam transaksi keuangan dan perdagangan internasional.

Menlu Rusia dalam wawancara dengan media Cina hari Ahad (21/3/2021) menekankan perlunya mengeluarkan dolar dari siklus sistem keuangan Moskow dan Beijing.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Lavrov menilai upaya menjauhkan diri dari sistem keuangan yang dikendalikan Barat akan mengurangi risiko sanksi AS. Ia mengatakan, “Kita perlu menjauhkan diri dari sistem pembayaran internasional yang dikendalikan Barat.”

Pejabat senior Rusia itu menekankan perlunya menggunakan mata uang nasional  dan mengurangi penggunaan dolar, terutama dalam hubungan perdagangan bilateral, karena acapkali terjadi penyalahgunaan dolar AS sebagai mata uang global untuk memberi tekanan terhadap negara lain

Alasdair McLeod, pakar keuangan mengatakan, “Amerika Serikat menggunakan dolar sebagai senjata. Amerika Serikat tahu bahwa sistem keuangan internasional masih belum memiliki alternatif selain dolar, jadilah Amerika memanfaatkannya,”.

Amerika Serikat telah berulangkali menggunakan ketergantungan perusahaan dan bank serta sistem keuangan internasional pada dolar sebagai alat untuk memaksa pihak lain mematuhi tuntutan AS atau mencegah mereka menjalankan kebijakan dan tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan Washington.

Cina, sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, dan Rusia, kekuatan energi terbesar di dunia, sangat terpukul dalam beberapa tahun terakhir akibat sanksi sepihak AS. Setelah bertahun-tahun negosiasi antara Rusia dan Cina untuk menyisihkan dolar AS, kedua negara mencapai kesepakatan mengenai masalah tersebut.

Penggunaan mata uang dolar antara Rusia dan Cina turun di bawah 50 persen untuk pertama kalinya pada kuartal pertama tahun 2020.

Sebelumnya, Pada 2016, dolar menyumbang lebih dari 90 persen penggunaan alat tukar perdagangan antara Rusia dan Tiongkok.

Kementerian Keuangan Rusia mengumumkan pada Februari 2021 bahwa mereka telah mengurangi penggunaan dolar AS dan euro dalam penggunaan alat tukar perdagangannya.

Tentu saja, sanksi AS terhadap negara-negara seperti Iran, Venezuela, dan Turki mengarah pada sikap serupa yang diambil oleh negara-negara tersebut.

Dinamika moneter dan keuangan internasional menunjukkan berlanjutnya penurunan penggunaan dolar dalam perdagangan internasional dan salah satu cadangan devisa dunia. Data Dana Moneter Internasional menunjukkan penggunaan dolar dalam cadangan devisa dunia pada tahun 2020 terus menurun.

Masalah lainnya adalah konsensus global tentang perlunya mencegah AS terus menggunakan dolar sebagai alat untuk menekan secara ekonomi, perdagangan, dan keuangan terhadap negara lain, terutama yang menentang atau menyaingi Washington.

Menurut Mark Carney, mantan Gubernur Bank Sentral Inggris, “Dominasi dolar dalam sistem keuangan dunia telah meningkatkan kerentanan negara-negara terhadap suku bunga rendah dan pertumbuhan AS yang lemah,”.

Penyalahgunaan dolar untuk menyerang negara lain menjadikan AS bisa mencapai tujuannya dalam jangka pendek, tapi penerapan kebijakan ini dalam jangka panjang akan merugikan Amerika Serikat sendiri.

Tampaknya, selain Rusia dan Cina, saat ini beberapa negara lain juga mengikuti pola serupa untuk memulai pengurangan porsi dolar dalam alat tukar transaksi ekonomi dan perdagangan mereka, yang tentunya akan memukul posisi dolar di tingkat global dalam jangka panjang.

Sumber: parstoday

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali