Dukung Pengentasan Narkoba di Aceh, KKP-BNN Beri Alternatif Usaha Perikanan Bagi Masyarakat

Foto: Humas BRSDM

Jakarta, Gempita.co – Peredaran narkoba menjadi masalah yang masih terus diperangi oleh Pemerintah Indonesia. Dalam rangka mengentaskan kultivasinya dari hulu, pemerintah berupaya memberikan pemberdayaan masyarakat guna memberikan alternatif pendapatan bagi mereka.

Sejalan dengan itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) menggelar pelatihan pembenihan ikan mas di Kab. Gayo Lues dan pelatihan pembuatan mie ikan di Kab. Bireun, Aceh, pada 15-16 Oktober 2020. Selain itu, KKP juga menggelar pelatihan pembesaran ikan bandeng di Kab. Bireun pada Jumat (16/10).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Pelatihan yang difasilitasi melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan ini disambut antusias oleh masyarakat setempat. Sebanyak 30 peserta mengikuti pelatihan budidaya ikan mas di Kab. Gayo Lues. Sementara pelatihan pembuatan mie ikan diikuti oleh 30 peserta di Kab. Bireun. Kegiatan ini tentu dilakukan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja menyebut, pelatihan ini merupakan implementasi nyata KKP dalam mendukung Grand Design Alternative Development (GDAD) tahun 2020. GDAD merupakan program pembedayaan alternatif yang dilakukan oleh BNN untuk mengentaskan masalah ganja dan narkoba di Provinsi Aceh selama 2016-2025. Program ini melibatkan semua K/L di bawah koordinasi Bappenas, pemerintah kab/kota, dan dunia usaha.

“Tentunya kami dari KKP berusaha untuk mewujudkan terjadinya suatu upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat kawasan pesisir serta perairan tawar, khususnya di wilayah GDAD ini di Kab. Gayo Lues dan Kab. Bireun,” ucapnya.

Ia berharap, pelatihan di bidang perikanan yang diberikan dapat mengembangkan keterampilan masayarakat sehingga menjadi alternatif usaha dan pendapatan bagi mereka.

“Mudah-mudahan sektor perikanan ini menjadi pilihan yang menarik. Karena kalau dilihat dari sisi geografis, sangat mudah untuk menemukan semua bahan yang dibutuhkan di dua wilayah ini,” ujar Sjarief.

Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN, Anjar Dewanto mengungkapkan, Aceh menjadi sasaran GDAD karena wilayah ini masih menjadi produsen, pintu masuk, dan tempat maraknya peredaran gelap narkoba. Hasil survey tahun 2019 lalu menempatkan Aceh di ranking nomor 6 sebagai wilayah paling rawan se-Indonesia dalam penyalangunaan dan peredaran gelap narkoba.

Foto: Humas BRSDM

“Fakta kerawanan narkoba di Aceh berimbas ke Kab. Gayo Lues dan Kab. Bireun yang dikenal sebagai wilayah yang sering terjadi kultivasi ganja,” jelasnya.

Oleh karena itu, BNN menggandeng K/L termasuk KKP untuk mempercepat pembangunan sekaligus mengurangi permintaan dan pasokan narkoba di kedua wilayah ini.

“Kami sangat berterima kasih atas peran seta aktif KKP menguatkan program GDAD dengen menyelenggarakan pelatihan ini. Melalui peran serta KKP, diharapkan pelatihan seperti ini juga bisa dilaksanakan di wilayah pesisir lainnya seperti Aceh Besar yang menjadi pilot project GDAD,” ujar Andjar.

Ikan Mas

Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati menyebut, tema pelatihan kali ini dipilih karena ikan mas memiliki angka konsumsi yang tinggi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Namun, kebutuhan benih ikan mas selama ini masih didatangkan dari luar pulau atau daerah-daerah lain.

“Untuk itu, saya kira kalau masyarakat sudah memiliki kemampuan membenihkan ikan mas sendiri, nanti tidak perlu lagi mendatangkan benih dari luar,” ucapnya.

Foto: Humas BRSDM

Ia menambahkan, kegiatan budidaya ikan di Kab. Gayo Lues memiliki potensi besar karena daerah ini kaya akan sumber daya air dan perairan sungai.

Sementara itu, Kab. Bireun dikenal memiliki cita rasa kuliner yang sangat lezat. Hal ini menjadikannya memiliki potensi yang menjanjikan untuk usaha olahan ikan. Oleh karena itu, pelatihan pembuatan mie ikan diharapkan dapat menjadi alternatif usaha bagi masyarakat. Selain itu, olahan ini juga diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan di Aceh guna mengurangi jumlah stunting.

“Ini menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mungkin tidak bisa mengonsumsi ikan langsung dalam bentuk segar, ini bisa juga diolah lain sehingga orang tidak tahu bahwa itu ada ikannya. Kali ini diolah dalam bentuk mie,” pungkas Lilly.

Apresiasi KKP dan BNN

Kepala Dinas Pangan dan Perikanan Kab. Gayo Lues, Bahtiar memberikan apresiasi kepada KKP dan BNN yang telah hadir mendukung pengentasan narkoba di wilayahnya. Ia berharap, pelatihan ini dapat menjadi alternatif pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, sekaligus menggerakan masyarakat untuk mengonsumsi ikan yang kaya protein dan gizi lainnya.

Adapun Kepala Dinas Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kab. Bireun, Irwan berharap agar pelatihan yang didapat masyarakat dapat mengubah mindset mereka sehingga memberikan dampak dalam bermasyarakat.

“Semoga apa yang dilakukan hari ini bisa terus kita lanjutkan dengan tahapan-tahapan selanjutnya. Mohon kepada KKP untuk memberikan tindak lanjut seperti olahan turunan dari hasil perikanan,” ucapnya.

Tak ketinggalan, salah seorang peserta asal Kab. Gayo Lues, Radwan, turut mengucapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan pelatihan ini. Ia mengungkapkan bahwa selama ini masih banyak kegiatan budidaya yang belum berhasil di daerahnya karena kurangnya pengetahuan masyarakat.

“Kami mengharapkan akan semakin banyak lagi pelatihan yang diberikan setelah pembenihan ini. Mulai dari pembesaran hingga pengolahan pakan alami. Termasuk pelatihan untuk budidaya ikan lainnya juga seperti lele, nila, dan patin sangat kami butuhkan,” ujarnya.

Pelatihan Pembesaran Ikan Bandeng

Selain kedua pelatihan di atas, KKP juga menggelar pelatihan pembesaran ikan bandeng pada Jumat (16/10). Pelatihan difasilitasi oleh Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Tabina Rawa, Kab. Bireun. Sebagai informasi, P2MKP merupakan pelaku utama yang berhasil dalam usahanya yang dengan kesadarannya sendiri memberikan pelatihan kepada masyarakat.

Dilakukan secara daring, sebanyak 381 peserta dari 26 provinsi di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan ini dari tempatnya masing-masing.

Foto: Humas BRSDM

Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menyebut, bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki potensi pasar yang tinggi. Sebab selain bernilai gizi, bandeng banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki cita rasa yang enak dan harga yang terjangkau.

“Ikan bandeng ini memang memiliki kekhasan. Dagingnya putih seperti susu. Biasanya orang suka mengolahnya dengan digoreng. Mudah-mudahan ini bisa dimasyarakatkan,” ucapnya.

Ia menjelaskan, budidaya bandeng sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka oleh nenek moyang kita. Dalam perjalanannya, budidaya bandeng dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan potensi dan karakteristik lingkungan daerah.

Di Kab. Bireun sendiri secara umum ada beberapa metode yang dilakukan pembuididaya dewasa ini antara lain metode tradisional yang disempurnakan (intensif), metode progresif, dan metode modular.

Lilly berharap, pelatihan pembesaran bandeng yang dilakukan hari ini dapat meningkatkan produksi sekaligus menggerakan ekonomi masyarakat Kab. Bireun.

“Kalau kita budidaya, faktor utamanya adalah pakan. Nanti mungkin kita juga bisa dorong agar kegiatan pakan mandiri di sini bisa dilaksanakan dengan baik supaya tingginya biaya pakan itu bisa ditekan,” ucapnya.

Menyambut Baik

Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bireun, Afriza menyambut baik pelatihan ini. Ia menyebut, daerahnya memiliki banyak tambak yang digunakan masyarakat untuk berbudidaya bandeng, kerapu, kakap, nila, udang windu, dan udang vaname. Bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan di Kab. Bireun dan merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh masyarakat budidaya.

“Permintaan produksi bandeng juga sangat tinggi, baik dari pasar lokal maupun regional. Ini menjadi peluang yang tinggi sehingga usaha bandeng memiliki prospek yang tinggi untuk dikembangkan,” ujarnya.

Meskipun begitu, ia mengungkapkan bahwa biaya pakan yang tinggi menjadi salah satu tantangan dalam usaha budidaya. Untuk itu, ia menyambut baik tawaran pelatihan lanjutan berupa pembuatan pakan mandiri yang ditawarkan oleh KKP.

“Kami berharap semoga ke depannya kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan sehingga pengetahuan praktis yang didapat masyarakat nantinya bisa diterapkan dalam usahanya,” tandasnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali