Efek Gas Air Mata Bagi Tubuh, Jangka Panjang Dapat Menyebabkan Kebutaan

Polisi menembakkan gas air mata saat demo menolak Undang-undang Cipta Kerja di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur/Foto:Antara

Gempita.co – Salah satu pemicu korban meninggal peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang seusai laga Arema FC dan Persebaya adalah penggunaan gas air mata yang dilontarkan oleh petugas keamanan.

Apa Efek Gas Air Mata Bagi Tubuh?

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Mengutip Healthline, kontak dengan gas air mata menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, mata, dan kulit. Rasa sakit terjadi karena bahan kimia dalam gas air mata mengikat salah satu dari dua reseptor rasa sakit yang disebut TRPA1 dan TRPV1.

TRPA1 adalah reseptor rasa sakit yang sama dengan minyak dalam mustard, wasabi, dan lobak untuk memberi mereka rasa yang kuat. Gas CS dan CR lebih dari 10.000 kali lebih kuat daripada minyak yang ditemukan dalam sayuran ini.

Tingkat keparahan gejala yang Anda alami setelah terpapar gas air mata dapat bergantung pada apakah Anda berada di ruang tertutup atau ruang terbuka? Berapa banyak gas air mata yang digunakan? Seberapa dekat Anda dengan gas air mata saat dilepaskan? Juga apakah Anda memiliki kondisi penyakit yang sudah ada sebelumnya yang mungkin menjadi lebih buruk?

Beberapa efek potensial dari paparan gas air mata meliputi gejala pada mata. Sesaat setelah terpapar gas ini, Anda dapat mengalami gejala pada mata seperti mata berair, kelopak mata menutup tidak sengaja, gatal, merasa panas seperti terbakar, kebutaan sementara, serta pandangan.

Efek jangka panjang dapat menyebabkan kebutaan, pendarahan pada mata, kerusakan saraf, katarak, hingga erosi kornea. Menghirup gas air mata juga dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Orang dengan kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala parah seperti gagal napas.

Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa paparan gas air mata bisa memberikan efek dalam berbagai tingkatan terhadap tubuh seseorang. Efeknya dapat terasa di luar maupun hingga ke pernapasan bahkan kematian. “Risiko kematian bisa terjadi bila menghirup dalam konsentrasi tinggi,” ujarnya, Minggu (2/10/2022).

Ia menjelaskan bahwa paparan gas air mata dapat menyebabkan iritasi dari hidung, tenggorokan, sampai dengan saluran napas bawah. Saluran pernafasan bisa terpengaruh oleh paparan gas tersebut. “Gejala dari hidung berair, rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, dahak, nyeri dada, sesak napas,” kata dr Agus.

Mengatasi Efek Gas Air Mata

Tidak ada obat penawar untuk gas air mata, jadi pengobatan bergantung pada bagaimana cara Anda mengatasinya. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), usahakan Anda harus segera menjauh dari sumber gas air mata setelah terpapar dan mencari udara segar.

Uap dari gas air mata akan mengendap di tanah, jadi sebaiknya mencari tempat yang lebih tinggi jika memungkinkan. Melepaskan pakaian bisa menjadi ide yang baik mengingat kemungkinan pakaian terkontaminasi serta segeralah mandi dengan sabun dan air untuk menghilangkan uap dari kulit. Anda juga dapat segera mencuci mata dengan membilasnya menggunakan air bersih sampai gas air mata benar-benar hilang.

Komplikasi gas air mata bisa semakin parah jika semakin lama terpapar. Meminimalkan jumlah waktu bersentuhan dengan gas dengan menjauh secepat mungkin dapat meminimalkan risiko mengembangkan efek samping yang lebih parah.

Anda mungkin dapat meminimalkan paparan Anda dengan menutupi mata, mulut, hidung, dan kulit sebanyak mungkin. Mengenakan syal atau bandana di hidung dan mulut dapat membantu mencegah sebagian gas memasuki saluran udara. Mengenakan kacamata juga dapat membantu melindungi mata Anda.

Mengingat efeknya yang berdampak buruk pada kesehatan tubuh bahkan bisa menimbulkan kematian, ada baiknya Anda menghindari kerumunan berpotensi kerusuhan dan kemungkinan pemberian gas air mata oleh petugas keamanan.

Sementara bagi petugas, sebaiknya meminimalkan penggunaan gas mata untuk meredam aksi masa, apalagi pendukung sepak bola. Masih banyak teknik lain yang bisa digunakan petugas untuk mengatasi aksi massa.

*Berbagai Sumber

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali