Emak-emak Seluruh Dunia ‘Teriak’ Sembako Naik

ilustrasi

Jakarta, Gempita.co – Harga sembako masih terbilang tinggi, mendapat perhatian dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)

Harga sejumlah kebutuhan pokok masih terus naik. Namun masalah ini ternyata bukan cuma terjadi di Indonesia.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Di dalam negeri, Presiden Jokowi sudah memberikan perhatian serius, dengan memerintahkan menteri perdagangan menggelar operasi pasar, termasuk minyak goreng hingga telur ayam.

Mengutip laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata telur ayam ras di pasar tradisional per hari ini (7/1/2022) adalah Rp 29.950/kg. Naik Rp 50 (0,17%) dari posisi kemarin.

Harga telur masih bertahan di level tinggi. Dibandingkan sebulan lalu, harga naik Rp 5.100 atau 20,52%.

Harga biangnya telur, yaitu ayam, juga naik. Hari ini harga daging ayam ras segar ada di Rp 39.950/kg. Melesat Rp 1.700 (4,44%) dalam sehari sekaligus menjadi yang termahal sejak 2018.

Seperti telur, harga ayam juga masih stabil, stabil mahal. Dalam sebulan terakhir, harga naik Rp 4.900 atau hampir 14%.

Harga cabai-cabai juga masih naik. Hari ini, harga cabai merah besar ada di Rp 45.850/kg. naik Rp 1.350 (3,03%) dalam sehari.

Lalu cabai rawit hijau hari ini harganya Rp 59.500/kg. Naik Rp 500 (0,85%) dibandingkan kemarin.

Kenaikan harga pangan bukan fenomena unik. Tidak cuma di Indonesia, dunia mengalami masalah serupa.

Organisasi Pangan dan Pertania Dunia (FAO) setiap bulan merilis indeks harga pangan. Indeks ini menggambarkan pergerakan harga pangan yang paling umum dikonsumsi dan diperdagangkan oleh umat manusia.

Sepanjang 2021, rata-rata indeks harga pangan adalah 125,7. Ini adalah yang tertinggi sejak 2011.

“Biasanya harga pangan yang tinggi akan merangsang produksi. Namun dengan tingginya biaya input, ditambah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang belum usai dan iklim yang tidak menentu, maka sepertinya ruang untuk optimistis pada 2022 relatif terbatas,” ungkap Abdolreza Abbassian, Ekonom Senior FAO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Salah satu penyebab kenaikan biaya input, lanjut Abbassian, adalah tingginya harga pupuk. Ini tidak lepas dari harga gas yang melesat, sementara produksi pupuk sangat membutuhkan pasokan gas.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga yang Diterima Petani pada Desember 2021 (di luar sektor perikanan) mencapai 118,38. Indeks ini naik secara konsisten sejak Mei 2021.

Namun di sisi lain, Indeks Harga yang Dibayar Petani juga naik terus. Per Desember 2021 nilainya adalah 109,18. Indeks ini selalu naik sejak Oktober 2021.

Sumber: CNBC Indonesia

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali