FBI: Ancaman Unjuk Rasa Bersenjata, Jelang Pelantikan Joe Biden

Men armed with assault rifles stand with Trump supporters outside the State Capitol in Salem, Ore., on January 6, 2021, during a Stop the Steal rally. (Photo by Alex Milan Tracy/Sipa USA)

Washington, Gempita.co – Biro Investigasi Federal (FBI) memperingatkan kemungkinan adanya aksi unjuk rasa bersenjata di sejumlah wilayah Amerika Serikat menjelang pelantikan Joe Biden sebagai presiden.

Ada berbagai laporan mengenai rencana berkumpul kelompok-kelompok bersenjata di seluruh gedung DPRD di 50 negara bagian dan di Washington DC menjelang pelantikan Biden pada 20 Januari.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Kekhawatiran itu muncul di tengah peningkatan keamanan untuk acara pelantikan itu.

Pada Senin (11/01), Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak takut untuk mengucapkan sumpah jabatan di luar Gedung Capitol.

Biden dan Kamala Harris masih direncanakan untuk dilantik di luar gedung pada 20 Januari atau dua pekan setelah tempat itu menjadi lokasi serangan mematikan oleh pendukung radikal Presiden Donald Trump yang menentang hasil pilpres.

Para penjabat keamanan bertekad untuk mencegah terulangnya pendobrakan yang terjadi pada 6 Januari lalu – ketika ribuan pendukung pro-Trump memasuki kompleks tempat anggota Kongres memberikan suara untuk mengesahkan hasil pemilihan umum.

Chad Wolf, Pelaksana Tugas Kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri, mengatakan pada hari Senin bahwa dia telah menginstruksikan Pasukan Pengamanan Presiden untuk memulai operasi khusus menjelang pelantikan pada Rabu mendatang – atau enam hari lebih awal – “mengingat peristiwa-peristiwa dalam seminggu terakhir dan kondisi keamanan yang berkembang”.

Para pejabat mengatakan akan menugaskan hingga 15.000 personel Garda Nasional untuk mengamankan acara tersebut.

Para penegak hukum di AS disebut sedang bersiap-bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya kekerasan lebih lanjut menjelang pelantikan Joe Biden.

Unggahan-unggahan di jaringan online pro-Trump dan sayap ekstrem kanan menyerukan aksi protes pasa sejumlah tanggal, termasuk demonstrasi bersenjata di kota-kota di seluruh AS pada 17 Januari, serta sebuah pawai di Washington DC pada hari pelantikan.

Sebuah buletin internal FBI, yang dilaporkan oleh ABC News dan media-media lainnya, memuat peringatan bahwa sebuah kelompok menyerukan “penyerbuan” ke gedung-gedung DPR tingkat negara bagian serta pengadilan lokal dan federal di seluruh negara itu jika Trump dicopot dari jabatannya lebih awal. Jika dia tidak dicopot, maka “penyerbuan” dilaksanakan pada hari pelantikan Joe Biden.

Seruan agar Trump mengundurkan diri, dicopot jabatannya, atau dimakzulkan menguat di kalangan Demokrat dan beberapa politisi Partai Republik pada hari-hari setelah kerusuhan.

Badan-badan kepolisian setempat telah diberitahu oleh pihak penegak hukum federal untuk meningkatkan keamanan di gedung-gedung DPRD menyusul kejadian penyerbuan pekan lalu, menurut media AS.

Kantor berita Reuters, mengutip seorang pejabat penegak hukum federal, yang mengatakan peringatan FBI diberlakukan di semua ibu kota negara bagian mulai 16 hingga 20 Januari, dan di Washington DC setidaknya tiga hari sebelum pelantikan.

Sementara kekerasan di Gedung Capitol mendominasi berita utama pekan lalu, pada waktu yang sama, insiden-insiden serupa dalam skala lebih kecil dilaporkan di tempat-tempat lain di negara itu.

Operasi National Security Event

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengonfirmasi pada hari Senin (11/01) bahwa mereka akan memulai operasi National Special Security Event(NSSE) untuk acara pelantikan enam hari lebih awal, mulai Rabu (13/01).

Penetapan tersebut memungkinkan berbagai lembaga keamanan dan penegak hukum untuk berkoordinasidalam tindakan perlindungan khusus, seperti menerapkan penutupan jalan dan penetapan perimeter keamanan.

Pengumuman tersebut mengemuka setelah Wali Kota Washington DC, Bowser, mengumumkan permohonan untuk meningkatkan keamanan setelah kejadian yang ia gambarkan sebagai “serangan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya” di Gedung Capitol pekan lalu itu.

Dia juga meminta warga Amerika untuk menghindari perjalanan ke Washington DC untuk acara tersebut. Acara pelantikan biasanya menarik ratusan ribu orang yang memenuhi jalanan di ibu kota AS, tetapi pandemi virus corona telah membatasi rencana itu bahkan sebelum kekhawatiran keamanan meningkat.

Kepala Biro Garda Nasional, Jenderal Daniel Hokanson, pada Senin (11/01) mengatakan bahwa 10.000 personel akan berada di Washington DC mulai akhir pekan, dan tambahan sekitar 5.000 personel akan siap jika diminta oleh pekabat lokal.

Sementara, Layanan Taman Nasional mengumumkan bahwa mereka telah menutup Monumen Washington bagi pengunjung di tengah “ancaman kredibel” terkait kerusuhan lebih lanjut.

“Kelompok-kelompok yang terlibat dalam kerusuhan 6 Januari 2021 di Capitol AS terus mengancam akan mengacaukan pelantikan presiden ke-59 pada 20 Januari,” kata layanan itu dalam sebuah pernyataan, serta menambahkan pihaknya dapat melakukan penutupan sementara lainnya di titik-titik lain di wilayah National Mall and Memorial Parks.

Sumber: BBC News

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali