Jakarta, Gempita.co – Pandemi membuat pasar apartemen semakin anjlok parah dari sisi penjualan dan harganya yang terjun bebas.
Hal ini terlihat dari salah satu riset, Konsultan properti Coldwell Banker Commercial kalau pada Q2 tahun 2020 sejak virus corona masuk tanah air dan pemerintah menaikkan status bencana menjadi pandemi tingkat permintaan apartemen di kota besar di Indonesia mengalami penurunan.
“Permintaan hanya terserap dari transaksi penjualan beberapa proyek apartemen di Surabaya dan Bandung, dan Makassar. Sementara tidak ada permintaan lain yang terserap di pasar utama pada kota besar lainnya,” tulis Angra Angreni Manager Research & Consultancy Coldwell Banker Commercial, dikutip Rabu, (15/12/2021).
Dari grafik yang terlihat, trend demand jika dibandingkan antara Q1 dan Q2, permintaan apartemen di Surabaya turun 32%, Bandung 90%, Medan turun 100%, Semarang 100%, Batam 100%, Makassar 19%, Balikpapan stagnan, Bali turun 100%, sementara Palembang stagnan.
Sementara kota yang mengalami peningkatan sales rate hanya Surabaya 0,4%, Bandung 0,1% dan Makassar 0,4%, sisanya 0%.
Di antara kota besar lainnya hanya Surabaya yang menikmati kinerja lebih baik, karena tingkat penjualan dan harga rata -rata naik. Sementara pada periode itu banyak juga pengembang yang menunda jadwal serah terima proyek apartemen.
Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie, mengatakan kalau pasar apartemen memang makin hancur, terutama setelah masa pandemi ini. Karena sedikitnya permintaan, sementara banyak orang jual apartemen sehingga supply apartemen secondary semakin tinggi yang mana lebih murah dari apartemen baru.
“Pasar lagi terjun bebas. Pasar apartemen ada dua yang dipakai sendiri juga biasa beli apartemen untuk disewakan kembali. Nah karyawan perusahaan asing masih di luar,” jelasnya kemarin.
Sumber: CNBC Indonesia