Gempita.co – Presiden China Xi Jinping dilaporkan telah dikudeta oleh pihak militer China. Pemberitaan ini menjadi viral di media sosial dengan beberapa bukti diberikan oleh para pengguna platform digital itu.
Beberapa video yang dibagikan di Twitter memperlihatkan mobilitas kendaraan militer yang bergerak menuju ibu kota Beijing. Selain itu, 59% penerbangan di negara itu juga dibatalkan.
“Video kendaraan militer yang bergerak ke Beijing ini muncul segera setelah 59 persen penerbangan di negara itu dilarang terbang dan pemenjaraan pejabat senior. Ada banyak asap, yang berarti ada api di suatu tempat di dalam Partai Komunis China yang membuat tidak stabil,” kata penulis Gordon G Chang dalam akun Twitternya, Sabtu (24/9/2022).
Akun Twitter dengan beberapa ribu pengikut telah membagikan bahwa telah terjadi kudeta terhadap Xi. Foto-foto penerus Xi juga telah muncul.
Namun, tidak satu pun dari informasi ini terverifikasi atau kredibel. Sebagian besar akun-akun ini juga merupakan pengguna anonim.
“Jenderal Li Qiaoming kemungkinan akan menggantikan presiden China Xi Jinping sebagai presiden China berikutnya,” tulis akun Frontal Force dengan menunjukan foto wajah Jenderal Li Qiaoming.
Sejauh ini, belum ada penjelasan yang jelas dari Beijing. Walau begitu, pengamat China sendiri sejauh ini menentang informasi terkait kudeta ini.
Dalam laporan Outlook India, Pakar China Aadil Brar mencatat bahwa Xi kemungkinan dikarantina setelah kembali dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). Ini kemudian menjelaskan alasannya absen dari beberapa penampilan publik.
Brar kemudian membagikan data penerbangan yang menunjukkan tidak ada gangguan penerbangan. Ia lebih lanjut membagikan visual briefing publik oleh pejabat senior China, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal.
Jurnalis Zakka Jacob juga menyoroti bahwa Xi memiliki kekuasaan institusional yang kuat atas China. Ini menurutnya membuat kudeta sangat sulit untuk terjadi.
“Banyak desas-desus pagi ini tentang kudeta militer di China. Sejauh ini tidak ada yang kredibel. Kudeta militer tidak mungkin terjadi di China karena Tentara Pembebasan Rakyat berada di bawah Komisi Militer Pusat. Xi, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis mengepalai CMC. Tentara adalah milik partai, bukan pemerintah,” kata Jacob dalam akun Twitternya.