Jakarta, Gempita.co – Dampak yang mungkin terjadi di masyarakat setelah Indonesia masuk jurang resesi, salah satunya menimbulkan orang miskin baru.
Ha itu hasil analisa Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara karena akan terjadi penurunan pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan.
“Selain itu, desa akan jadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK massal,” ujar Bhima kepada Kompas.com,Kamis (5/11/2020).
Selanjutnya, kata Bhima, angkatan kerja baru makin sulit bersaing karena lowongan kerja menurun. Sementara itu, perusahaan kalau pun lakukan rekruitment akan prioritaskan karyawan lama yang sudah berpengalaman.
“Masyarakat cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier. Fokus hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan,” kata dia.
Dampak lainnya, yakni meningkatnya konflik sosial di masyarakat karena ketimpangan semakin lebar.
“Orang kaya bisa tetap survive selain karena aset masih cukup juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, disaat yang bersamaan pendapatan menurun,” ungkapnya.
Para ekonom menyatakan jumlah pengangguran meningkat sebagai dampak Indonesia resesi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II minus 5,32% dan kuartal III minus 3,49% berdasarkan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS).
“Dampak resesi ini kan terjadi di kuartal III, artinya ini sudah dilewati di tiga bulan ke belakang. Dampak yang paling terasa itu peningkatan pengangguran, karena seperti yang disampaikan oleh BPS bahwa di bulan Agustus ternyata ada peningkatan jumlah pengangguran,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi detikcom, Kamis (5/11/2020).
Hal itu disebabkan sedikitnya penciptaan lapangan pekerjaan baru karena lambatnya pemulihan ekonomi nasional yang membuat pengusaha menahan diri untuk ekspansi bisnis.
“Pelaku usaha yang masih akan menahan laju ekspansi usaha sehingga penciptaan lapangan kerja yang baru itu di kuartal IV nanti masih relatif sedikit. Karena masih relatif sedikit, tentu akan berpotensi terhadap penambahan jumlah pengangguran dibandingkan bulan Agustus kemarin,” paparnya.
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga menyatakan hal serupa.
“Nah dampak negatifnya, saya kira pengangguran kan itu angkanya naik ya di posisi Agustus. Itu otomatis dia akan, saya pikir nanti di perhitungan awal tahun 2021 itu potensinya akan tinggi lagi. Jadi akan semakin meningkat. (Perkiraan) angkanya agak lumayan tinggi lah dari posisi Agustus,” sebutnya.
Tak hanya itu, dia memperkirakan angka kemiskinan akan bertambah imbas resesi. Memang, ekonomi mengalami pemulihan dari minus 5,32% menjadi minus 3,49%. Namun pemulihan masih dinilai lambat.
“Setelah COVID saya kira (angka kemiskinan) akan menyentuh angka 9,8% atau 9,9%, bahkan bisa sampai 10% dengan situasi bahwa proses recovery-nya (pemulihannya) ternyata lambat,” tambahnya seperti dikutip dari laman Pars Today.