Inggris Kembali Diserang Covid-19, Cetak Rekor Per Minggu 50.000 Kasus

Ramadhan di London
Ilustrasi

Gempita.co – Kasus Covid-19 di Inggris cetak rekor, rata-rata kasus per tujuh hari hingga Minggu (12/12/2021) menembus rekor tertinggi sejak Januari 2021, 50.000 kasus.

Perdana Menteri Boris Johnson juga mengambil keputusan menaikkan level waspada Covid ke-4 dari skala tertinggi 5.

Bacaan Lainnya

Ia bahkan mengatakan kekhawatirannya dan meminta percepatan program booster vaksin Covid-19, apalagi Omicron juga mewabah di negara itu.

“Gelombang pasang Omicron akan datang… Dan saya khawatir sekarang jelas bahwa dua dosis vaksin tidak cukup untuk memberikan tingkat perlindungan yang kita semua butuhkan,” kata Johnson dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Minggu malam, dikutip Reuters Senin.

“Setiap orang yang memenuhi syarat berusia 18 tahun ke atas di Inggris akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan booster mereka sebelum Tahun Baru.”

Sebelumnya, Johnson sendiri sudah memberikan proposal baru yang memerintahkan warga untuk bekerja dari rumah (work from home), memakai masker di tempat umum dan menggunakan izin masuk vaksin untuk memperlambat laju infeksi. Namun aturan ini baru akan dibahas dengan parlemen besok, Selasa.

Inggris saat ini tercatat memiliki total 10.819.515 kasus infeksi Covid-19 sejak pandemi menyerang di 2020. Negeri Ratu Elizabeth itu memiliki angka kematian tertinggi di Eropa akibat virus corona, 146.439 warga.

Sementara itu, kenaikan kasus di Inggris membuat Israel memasukkan negara itu dalam ‘zona merah’. Warga dilarang datang ke Inggris mulai Rabu.

Direktur Kesehatan Masyarakat Israel Sharon Elroy-Preis mengatakan Inggris masuk dalam blacklist bersama Denmark. Seharusnya Belgia juga akan dimasukkan tapi kementerian telah menilai kembali tingkat infeksi di sana dan memutuskan tidak memasukkan dalam daftar.

Israel sendiri ketat memberlakukan larangan masuk ke warga asing guna membendung Covid-19. Perintah karantina juga diberlakukan, tiga hingga tujuh hari bagi warga yang kembali dari luar negeri.

Sumber: CNBC/Reuters

Pos terkait