Ini Dampak TMII Jika DKI Terapkan Lockdown Akhir Pekan

Pemandangan Monumen Nasional (Monas) yang berada di jantung kota Jakarta, Senin (26/8/2019). Pemerintah memutuskan akan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/ama.

Jakarta, Gempita.co- Tama Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur berpotensi kehilangan 15.000 pengunjung bila ‘lockdown’ atau karantina wilayah di tempat wisata diberlakukan setiap akhir pekan.

“Sabtu (jumlah wisatawan) bisa mencapai 5.000 orang, sedangkan Minggu bisa 10.000 ke atas (orang),” kata Kabag Humas TMII Adi Widodo di Jakarta, Rabu (3/2).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Jumlah kunjungan wisatawan di TMII juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Apabila sejak pagi sudah diguyur hujan, angka kunjungan bisa berkurang. Jumlah wisatawan tersebut dihitung berdasarkan transaksi pembelian tiket setiap akhir pekan selama pandemi COVID-19.

Sebelum masa pandemi COVID-19, jumlah wisatawan yang berkunjung pada Sabtu bisa mencapai 20.000 orang, sedangkan pada Ahad bisa mencapai 60.000 orang.

Pengurangan jumlah wisatawan itu terjadi setelah pengelola mematuhi peraturan pembatasan kapasitas tampung tempat wisata sesuai arahan pemerintah.

Adi mengatakan kebijakan ‘lockdown’ pada akhir pekan akan mempengaruhi sejumlah sektor usaha pariwisata, khususnya komunitas seniman yang rutin tampil menghibur wisatawan di saat akhir pekan.

“Apabila kebijakan itu diterapkan, tentu kunjungan masyarakat ke TMII akan berkurang dan aktivitas seni budaya belum dapat diselenggarakan,” ujarnya.

Aktivitas seni dan budaya yang dimaksud berupa sajian hiburan dengan latar kawasan TMII dalam tampilan video. Biasanya kegiatan itu diisi seniman musik dan budaya untuk memperoleh donasi lewat karya mereka yang diunggah melalui media sosial.

“Ini untuk mengobati rindu masyarakat akan sajian seni budaya, dilakukan secara virtual,” katanya.

Bagi para seniman tradisional, kata Adi, dapat mempengaruhi jadwal pentas mereka di akhir pekan. “Misalnya seperti Reyog Ponorogo memang menjadi semakin sulit, di mana TMII sebelum masa pandemi selalu memberikan ruang untuk mereka beraktivitas,” katanya.

“Pada prinsipnya TMII mengikuti kebijakan pemerintah dan berharap pandemi ini bisa segera diatasi sehingga masyarakat bisa beraktivitas normal kembali,” kata Adi.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali