Gempita.co – Turun lebih dari satu persen harga minyak dunia, di akhir perdagangan Rabu pagi WIB, diperburuk data ekonomi China dan pemotongan suku bunga di negeri itu.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober tergelincir 1,5 persen, menjadi menetap pada US$84,89 per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September merosot 1,8 persen menjadi ditutup pada US$80,99 per barel di New York Mercantile Exchange.
Pemotongan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia, bagian dari grup OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, telah membantu membangkitkan reli harga selama tujuh minggu terakhir.
“Namun, baik Brent maupun WTI telah jatuh untuk dua sesi berturut-turut karena pasar minyak mengambil nafas,” kata Andrew Lipow, presiden di Lipow Oil Associates di Houston.
Hal ini diakibatkan oleh data output industri China dan data penjualan ritel menunjukkan ekonomi melambat lebih lanjut bulan lalu, mengintensifkan tekanan pada pertumbuhan yang sudah goyah dan mendorong otoritas untuk memangkas suku bunga kebijakan utama untuk meningkatkan aktivitas ekonomi.
“Ketika pasar minyak tampaknya nyaman, sering kali China menjadi penyemprot api nomor satu, menutupi mereka yang memimpikan harga di atas US$90 dolar,” kata John Evans dari pialang minyak PVM.
China adalah importir minyak terbesar dunia. Bank sentral China menurunkan suku bunga sedikit setelah data menyoroti tekanan intensif pada perekonomian, terutama dari sektor properti, meskipun analis mengatakan pemotongan itu terlalu kecil untuk membuat perbedaan yang berarti.
Ada kekhawatiran China akan berjuang untuk memenuhi target pertumbuhannya sekitar 5,0 persen untuk tahun ini tanpa stimulus fiskal lebih.
Barclays memangkas proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto China tahun 2023 menjadi 4,5 persen, mengutip penurunan yang lebih cepat dari perkiraan di pasar perumahan, juga menambah sentimen penghindaran risiko.
Seorang analis di Fitch Ratings memperingatkan bahwa bank-bank AS, termasuk JPMorgan Chase, dapat diturunkan peringkatnya jika lembaga tersebut lebih lanjut memangkas penilaiannya terhadap lingkungan operasi untuk industri tersebut, menurut sebuah laporan dari CNBC.
“Ketika sektor perbankan goyah, minyak menjadi lebih goyah karena sangat sensitif terhadap suku bunga, pinjaman, dan kesehatan ekonomi secara umum,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Sumber: asiatoday