ISIS Tembak Mati Tiga Jurnalis Wanita Afganistan

Afganistan, Gempita.co – Tiga jurnalis wanita yang bekerja untuk radio dan stasiun televisi Enikass, tewas ditembak mati di timur kota Jalalabad, Afganistan pada hari Selasa (02/03).

Direktur Enikass TV, Zalmai Latifi, mengatakan ketiga karyawannya itu ditembak mati dalam dua serangan terpisah setelah meninggalkan kantor.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Mereka semua tewas. Mereka dalam perjalanan pulang dari kantor dengan berjalan kaki ketika ditembak,” kata Latifi kepada kantor berita AFP, seraya menambahkan bahwa ketiga wanita itu bekerja di departemen sulih suara di Enikass.

Mereka yang menjadi korban tewas penembakan oleh pria bersenjata adalah Mursal Wahidi, Shahnaz, dan Sadia. Ketiganya merupakan pengisi suara drama populer Turki dan India.

Serangan itu terjadi di tengah gelombang pembunuhan yang menargetkan jurnalis, pekerja dan masyarakat sipil, serta pegawai pemerintah tingkat menengah. Beberapa bulan terakhir, rasa takut membayangi banyak pekerja profesional di Afganistan.

Kelompok ISIS pada hari Rabu (03/03) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka kerap kali mengklaim bertanggung jawab atas tindakan teroris dan menunjukkan keberadaan mereka di provinsi Nangarhar, di mana Jalalabad adalah ibukotanya.

Pada Desember tahun lalu, afiliasi ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan karyawan perempuan Enikass lainnya.

Kepala Polisi Nangarhar Juma Gul Hemat pada hari Selasa (02/03) mengatakan seorang tersangka ditahan setelah serangan itu dan pihak berwenang masih mencari tersangka lainnya. “Dia telah mengakui serangan itu,” kata Hemat, menambahkan bahwa tersangka yang ditahan adalah anggota Taliban.

Namun pasukan Taliban yang telah menandatangani kesepakatan damai dengan Amerika Serikat pada tahun lalu membantah terlibat atas serangan terhadap tiga jurnalis wanita itu.

Afganistan dianggap sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi pekerja media, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Setidaknya 65 profesional media dan aktivis hak asasi manusia tewas dalam serangkaian pembunuhan yang ditargetkan di seluruh Afghanistan, dari tahun 2018 hingga bulan awal tahun ini.

“Pembunuhan yang ditargetkan terhadap jurnalis dapat menyebabkan ketakutan dalam komunitas jurnalistik, dapat menyebabkan sensor diri, pengabaian aktivitas media, dan bahkan meninggalkan negara itu,” kata Mujib Khalwatgar, Kepala Kelompok Advokasi Media Afganistan Nai pada hari Selasa (02/03).

Sumber: DW.com

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali