Jalur Pendakian Gunung Pangrango Masih Jadi Primadona Meski Pandemi

GEMPITA. CO-Taman Nasional Gunung Gede  Pangrango (TNGGP) masih menjadi primadona bagi para pendaki.

Dalam sehari, ratusan bahkan ribuan pendaki mendatangi salah satu taman nasional terbesar di tanah air tersebut. Namun, selama pandemi jalur pendakian ditutup dan baru kembali dibuka bulan awal Maret lalu.
” Masyarakat kini bisa kembali mendaki gunung tersebut, tetapi dengan catatan harus memenuhi protokol kesehatan,” ujar
Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Wahju Rudianto
kepada awak media pada saat acara kunjungan jurnalis di TNGGP, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (6/4).
Dia mengatakan telah membuka jalur pendakian sejak bulan lalu. Namun, kuota pendakian dibatasi, mengingat masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Sudah kami buka, tetapi pandemi ini kuota pendaki diturunkan hingga 35 persen,” kata Wahju.
Menurut dia, sebelum para pendaki melakukan perjalanan akan dilakukan pengecekan kesehatan terlebih dahulu di area TNGGP. “Ada empat tes kesehatan yaitu oksigen, detak jantung, suhu tubuh dan penyakit bawaan,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan ekowisata dapat menjadi salah satu penggerak Indonesia menuju ekonomi hijau atau green economy.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Indonesia dengan adanya ekowisata seperti itu bisa menjadi penggerak green economy. Artinya kita tidak perlu mengeksploitasi alam,” kata Wamen LHK Alue ketika mengunjungi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Cibodas, Kabupaten Cianjur.
Ekonomi hijau sendiri adalah sistem ekonomi untuk kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial yang dilakukan sambil mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.
Pengelolaan alam menjadi wilayah wisata bisa menciptakan pendapatan bagi daerah dan masyarakat serta menciptakan kesempatan kerja tanpa melakukan tindakan eksploitasi yang merusak dan ke depannya dapat merugikan masyarakat.
Alue menekankan Indonesia saat ini sudah bergerak menuju ekonomi hijau yang lebih ramah lingkungan dan meninggalkan sistem ekonomi yang hanya mengejar keuntungan tanpa mengindahkan kelestarian alam.
Ekowisata, tegas Alue, menjadi salah satu potensi yang dapat mendorong Indonesia untuk semakin luas menerapkan ekonomi hijau.
Dia menyoroti berbagai ekowisata dari TN Gunung Gede Pangrango yang dapat melancarkan kegiatan ekonomi sekitar seperti adanya pendakian dan jembatan gantung Situgunung yang menjadi objek wisata.
Ekonomi hijau berarti meninggalkan sudut pandang di mana alam dan yang ada di dalamnya hanya memiliki satu fungsi dengan produk tertentu.

Sementara penerapan ekonomi hijau adalah di mana alam dan segala komponennya memiliki berbagai fungsi, peran serta potensi yang luar biasa untuk menyejahterakan masyarakat sekitar.
“Artinya kita melihat ekosistem alam ini dalam hal multifungsi,” tegas Alue.

 

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali