Gempita.co-Gelandang Denmark Christian Eriksen kolaps dalam laga Euro 2020 antara Denmark vs Finlandia.
Ada beberapa penyebab kolaps seperti Eriksen. Simak juga pertolongan pertama yang harus dilakukan kepada seseorang yang kolaps.
Dokter tim nasional Denmark, Morten Boesen, angkat bicara soal insiden kolapsnya gelandang Christian Eriksen. Saat kolaps, Eriksen mendapat pertolongan cardiac massage atau pijat jantung.
“Kami dipanggil ke lapangan saat Christian kolaps. Dia berbaring ke samping saat kami mendekatinya dan masih ada napas dan denyut jantung,” kata Boesen dikutip dari Reuters, Minggu (13/6/2021).
“Tapi kondisinya berubah dan dia mendapat pijat jantung. Kami segera mendapat pertolongan dokter stadion dan Christian kembali lagi,” lanjutnya.
Cardiac massage atau pijat jantung merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam CPR (cardio pulmonary resuscitation), pertolongan pertama yang wajib diberikan pada kasus henti jantung atau cardiac arrest. Dilakukan dengan kedua tangan saling bertumbu di bagian tengah dada pasien.
Ahli elektrofisiologi dari Norfolk and Norwich Hospitals Trust, Dr Richard Till, mengatakan apa yang dialami Eriksen adalah langka dan penanganan dengan CPR yang cepat kemungkinan telah menyelamatkan nyawanya.
Menurutnya, henti jantung tidak sama dengan serangan jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Pembuluh darah yang menuju jantung tersumbat, menyebabkan otot jantung mati sehingga jantung tidak berfungsi.
“Sangat mungkin bukan itu penyebabnya. Yang paling mungkin adalah dia punya kondisi bawaan yang belum ketahuan sampai sekarang,” katanya dikutip dari The Independent via detik.com, Minggu (13/6/2021).
Penyebab lain henti jantung menurut Dr Till adalah hypertrophic cardiomyopathy. Ini adalah kondisi penebalan otot jantung yang membuatnya sulit memompa darah dan oksigen.
Menurutnya, ada kemungkinan juga Eriksen mengalami infeksi virus yang memicu myocarditis atau radang otot jantung. Bisa juga karena terjadi kegagalan fungsi kelistrikan jantung, yang fungsinya adalah menjaga ritme jantung dalam memompa darah.
Satu lagi kemungkinan yang juga bisa terjadi adalah Brugada Syndrome. Dikutip dari Mayo Clinic, kondisi yang biasanya diturunkan ini menyebabkan ganttuan ritme jantung dan bisa menyebabkan henti jantung yang mematikan.
Sementara itu, dokter jantung dari Siloam Hospital Karawaci, dr Vito A Damay, SpJP(K), mengatakan, pengetahuan dan ketrampilan untuk memberikan CPR sebagai pertolongan pertama henti jantung, wajib dimiliki orang-orang yang bekerja di bidang pelayanan publik.
Bahkan juga para pegiat olahraga agar bisa menolong rekan di komunitasnya jika sewaktu-waktu ada yang kolaps.
Sayangnya, seseorang yang sudah pernah mendapat pelatihan basic life support dan CPR terkadang merasa ragu atau tidak percaya diri ketika tiba-tiba harus berhadapan dengan kasus henti jantung.
Ketrampilan yang sudah dipelajari lalu tidak diterapkan karena dibayangi perasaan takut salah. Saran dokter, tetap lakukan seperti yang pernah diajarkan demi menyelamatkan nyawa korban.
“Lebih baik lakukan teknik CPR yang pernah dilatih, dan lalukan sebaik yang Anda bisa. Itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa, atau melakukan hal lain yang tidak menolong sama sekali seperti di siram air mukanya, ditampar wajahnya atau ditepok tepok lengannya,” pesan dr Vito.
“CPR meningkatkan kemungkinan seseorang yang mengalami cardiac arrest (henti jantung), survive hingga 44 persen,” tambahnya.
Dalam beberapa broadcast yang viral, menepuk-nepuk lengan kiri disebut bisa menyelamatkan seseorang dari henti jantung atau serangan jantung. Dokter menegaskan, cara ini tidak ada manfaatnya dan bisa berakibat fatal jika akhirnya malah terlambat mendapat pertolongan medis.
Ditegaskan juga, langkah paling PERTAMA yang harus dilakukan saat menghadapi kasus henti jantung adalah memanggil bantuan. Bila menggunakan ponsel, tombol loud speaker bisa diaktifkan agar bisa melakukan panggilan sembari melakukan CPR.
“Tombol loud speaker Anda tekan supaya sambil menolong dan berpikir anda bisa leluasa tidak perlu pegang ponsel,” saran dr Vito.
Terkait risiko penularan COVID-19, dr Vito mengingatkan untuk tetap menggunakan masker saat memberikan CPR. Bantuan napas dari mulut ke mulut, umumnya memang tidak dianjurkan. CPR cukup dilakukan dengan pijat jantung.
Begini cara melakukan CPR terhadap orang yang tidak mampu bernapas atau mengalami henti jantung, dilansir dari alodookter.com.
CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau dikenal juga dengan sebutan RJP (resusitasi jantung paru) adalah upaya pertolongan medis untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh.
Terhentinya aliran darah atau pernapasan bisa memicu kerusakan otak yang dapat mengakibatkan seseorang meninggal dalam hitungan 8–10 menit.
Dengan pemberian CPR, aliran darah yang mengandung oksigen akan tetap tersalurkan ke otak dan seluruh tubuh hingga orang tersebut mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
Sebelum Melakukan CPR
Sebelum memberikan CPR, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, di antaranya:
1. Periksa keamanan lokasi sekitar
Pastikan lokasi dan lingkungan di sekitar orang yang tidak sadarkan diri tersebut aman. Misalnya, jika korban ditemukan di tengah jalan, lakukan evakuasi korban ke tempat yang lebih aman sebelum melakukan CPR.
2. Periksa kesadaran orang yang akan ditolong
Periksa tingkat kesadaran korban dengan mencoba menanyakan namanya dengan suara yang cukup lantang atau menggoyangkan tubuhnya secara perlahan. Jika ia merespons, upayakan agar korban tetap sadarkan diri hingga bantuan tiba. Namun, tetap periksa pernapasan, denyut nadi, dan tingkat responsnya.
3. Evaluasi pernapasan
Pastikan korban masih bernapas secara normal dengan melihat apakah dadanya bergerak naik-turun. Selanjutnya, dekatkan telinga Anda ke mulut dan hidung korban untuk mendengar suara napas dan merasakan embusan napasnya di pipi Anda.
4. Periksa nadi
Pastikan jantung korban tetap berdetak dengan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya atau memeriksa denyut nadi di bagian sisi lehernya.
5. Panggil bantuan medis
Jika orang yang hendak ditolong tidak menunjukkan respons atau tidak sadarkan diri, segera hubungi tenaga medis di nomor 112 atau rumah sakit terdekat dan lakukan CPR hingga bantuan datang.
Cara Melakukan CPR
CPR dapat dilakukan oleh semua orang yang sudah terlatih. Teknik ini terbagi menjadi tiga tahapan yang dikenal dengan istilah C-A-B (compression, airways, breathing).
Berikut ini adalah penjelasan tentang cara pemberian CPR kepada orang dewasa yang tidak sadarkan diri:
Tahap kompresi dada (compression)
Bila korban tidak sadarkan diri dan denyut jantungnya tidak terdeteksi, langkah awal CPR dapat dilakukan dengan tindakan kompresi dada. Berikut ini adalah cara melakukannya:
1. Baringkan tubuh korban di atas permukaan yang keras dan datar, lalu posisikan diri Anda berlutut di samping leher dan bahu korban.
2. Letakkan satu telapak tangan Anda di bagian tengah dada pasien, tepatnya di antara payudara.
3. Posisikan telapak tangan Anda yang lain di atas tangan pertama. Pastikan posisi siku Anda lurus dan bahu berada tepat di atas tangan Anda.
4. Tekan dada korban setidaknya 100–120 kali per menit, dengan kecepatan 1–2 tekanan per detik.
5. Saat menekan, gunakan kekuatan tubuh bagian atas. Jangan hanya mengandalkan kekuatan lengan agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat.
Cek apakah terlihat tanda-tanda pasien bernapas atau menunjukkan respons. Jika belum, Anda bisa melanjutkan proses kompresi dada hingga tenaga medis datang atau mulai mencoba membuka jalur napas korban untuk memberikan napas buatan.
Tahap membuka jalur napas (airways)
Tahap ini biasanya dilakukan setelah tindakan kompresi. Untuk membuka jalur napas korban, Anda bisa mencoba untuk mendongakkan kepalanya, kemudian letakkan tangan Anda di dahirnya. Selanjutnya, angkat dagu pasien secara perlahan untuk membuka saluran napas.
Tahap pemberian napas buatan dari mulut ke mulut (breathing)
Setelah mengamankan saluran pernapasan korban, Anda bisa mulai memberikan napas buatan. Namun, langkah ini hanya dilakukan apabila Anda sudah terlatih.
Pemberian napas buatan bisa dilakukan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung, terutama jika mulut terluka parah atau tidak bisa dibuka. Cara memberikan napas buatan adalah sebagai berikut:
1. Jepit hidung korban, lalu tempatkan mulut Anda ke mulutnya.
2. Berikan napas atau udara dari mulut Anda sebanyak 2 kali sambil melihat apakah bagian dadanya terangkat seperti orang bernapas atau belum. Jika belum, coba perbaiki posisi lehernya atau periksa kembali apakah terdapat sumbatan pada jalan napasnya.
3. Ulangi proses kompresi dada sebanyak 30 kali yang diikuti oleh 2 kali pemberian napas buatan.