Jakarta, Gempita.co – Sri Paus Fransiskus di Vatikan dan Grand Syekh Al Azhar Syekh Ahmad Al Thayyib di Kairo, Mesir akan dikunjungi mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Pertemuan tersebut dalam rangka Zayed Award for Human Fraternity dimana JK merupakan satu dari 5 dewan juri Zayed Award.
Anggota dewan juri lainnya yaitu mantan President Central of Arfican Republic Catherine Samba Panza, mantan Wakil Sekjen PBB sekaligus Penasihat Khusus Sekjen untuk Pencegahan Genosida Adama Dieng.
Kemudian Kardinal Dominique Mamberti dari Pengadilan Tertinggi Apostolic Signatura, dan Gubernur Jenderal ke-27 sekaligus Panglima Tertinggi Kanada Michaelle Jean.
JK bersama dewan juri akan meminta pandangan Paus Fransiskus tentang toleransi, kemanusiaan, dan persaudaraan antarsesama untuk dijadikan rujukan dalam menilai para nominator.
Pandangan serupa juga diminta dari Imam Besar Al Azhar Dr Ahmad Al Thayyib dalam pertemuan selanjutnya.
Panitia Zayed Award for Human Fraternity diketuai Sekjen Komite Tinggi Persaudaraan Manusia Mohamed Mahmoud Abdulsalam.
KBRI di Vatikan dalam rilisnya, Kamis (22/10), menyebut pertemuan dengan Paus akan berlangsung di Vatikan, Roma, Italia, pada Jumat ( 23/10) pagi waktu setempat.
“Pertemuan pertama dewan juri akan dimulai sejak jam 11 pagi waktu setempat,” begitu bunyi rilis tersebut.
Pertemuan di Vatikan merupakan yang kedua bagi para dewan juri dan panitia Zayed Award for Human Fraternity dalam membicarakan kriteria penilaian bagi calon nominator. Sebelumnya, pada pertengahan September lalu, dewan juri melakuan pertemuan virtual.
Pembicaraan menyangkut jadwal proses, evaluasi, dan keputusan juri tentang calon-calon penerima penghargaan telah dimulai pada September 2020 dan akan diumumkan pada 4 Februari 2021 mendatang.
Zayed Award for Human Fraternity tercetus dalam kesepakatan pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Dr Ahmad Al Thayyib. Saat itu ditandatangani dokumen bersejarah Deklarasi Abu Dhabi. Pertemuan Persaudaraan Manusia berlangsung di Uni Emirat Arab, awal Februari 2019.
Deklarasi bertajuk ‘Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan’ itu berupaya mendorong hubungan yang lebih kuat antarumat manusia.
Kemudian mempromosikan hidup yang berdampingan untuk melawan ekstremisme dan dampak negatifnya.