Jakarta, Gempita.co-Indonesia gagal meraih gelar juara dalam BWF World Tour Finals 2020.
Pada babak final ganda putra, Minggu (31/1), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan ditaklukkan Lee Yang/Wang Chi Lin, 17-21, 21-23 dalam waktu 37 menit.
Dengan mengalahkan Ahsan/Hendra, wakil Chinese Taipei tersebut memetik sukses besar. Mereka menggondol tiga titel juara pada tiga turnamen selama bertanding di Bangkok, Thailand ini.
Berlangsung di Impact Arena, Bangkok, pada awal laga Ahsan/Hendra sempat tertinggal 1-4. Interval pertama yang berlangsung singkat dalam 4 menit pun masih tertinggal 4-11. Meski tertinggal, wakil Skuad Garuda ini terus berjuang. Smes Hendra sempat menyamakan kedudukan menjadi 14-14. Namun Lee Yang/Chi Lin sangat tangguh dalam pertandingan final ini, sehingga memenangkan gim pertama dalam 14 menit, dengan skor 21-17.
Pada gim pertama, Ahsan/Hendra memang cukup kesulitan untuk menyamakan kedudukan lawan. Gim kedua, persaingan lebih ketat. Ahsan/Hendra sempat unggul 10-7, 18-16, bahkan mencapai match point pertama 20-19. Sayangnya, lagi-lagi Lee Yang/Chi Lin kembali unggul dan laga berakhir 23-21.
“Alhamdulillah tetap bersyukur dengan hasil final ini. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan lawan bermain sangat baik dan percaya diri. Mereka bermain lebih bagus,” ungkap Ahsan kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
“Beda dengan lawan Korea kemarin, kali ini lebih susah ditembus. Pertahanan Lee Yang/Wang Chi Lin sangat kokoh, sulit dibongkar,” tambah Ahsan.
“Mereka hari ini bermain bagus, kami tidak sempat menerapkan pola permainan kami. Mereka juga tenaganya lebih besar,” sebut Hendra pun mengakui keunggulan lawan.
Bermain di usia yang tergolong tidak muda, menjadi tantangan tersendiri bagi Ahsan/Hendra. Ahsan tahun ini berusia 33 tahun, sedangkan Hendra 36 tahun, tentunya cukup sulit untuk melawan pemain-pemain yang perbedaan usianya mencapai 10 tahun. Terutama dalam sisi fisik dan tenaga. Sehingga, untuk bisa mencapai final, merupakan pencapaian yang baik bagi sang juara World Tour Finals 2019 ini.
“Kalau melihat permainan tadi sih memang Ahsan/Hendra kalah tenaga, tenaga tangannya. Pertama karena lapangannya juga kalah angin. Harus diakui pemain Chinese Taipei ini selama tiga minggu penampilannya konsisten banget. Penampilan mereka di Thailand Open ini bagus banget. Baik dari fisik, tenaga, konsentrasi, dan fokusnya luar biasa menurut saya,” ungkap Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra.
“Memang buat Ahsan/Hendra, pencapaian ini di usia mereka ini sudah bisa sampai final, menurut saya sudah cukup baik di usia mereka di atas 30 tahun ini. Meski belum sempurna untuk menjadi juara,” kata Herry.
Herry pun menilai, strategi permainan pun sulit untuk diterapkan. Sejak awal kualitas lawan memang lebih unggul. Mereka bermain sangat cepat dan keras.
“Kalau strategi sih sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Memang gim pertama itu kita tertekan terus, tidak bisa keluar. Memang kualitas drive-nya pemain Chinese Taipei ini sangat keras, sangat cepat. Jadi kita mau antisipasi atau mengubah cara main juga tidak bisa, karena mereka menyerang dan menekan terus menerus. Kita mau tahan atau rem juga mereka langsung menutup lagi. Ya itu tadi, tenaga tangannya kita kalah,” jelas Herry.
“Bolanya kalah cepat karena keras. Kalau kemarin lawan Korea Selatan kan hampir sama sebenarnya mainnya, meski tenaganya (Korea Selatan) kemarin agak turun sedikit. Kalau ini kan (Chinese Taipei) tenaganya masih konsisten. Tidak bisa diakalin sama sekali. Jadi memang yang utamanya adalah kalah di kecepatan dan tenaganya,” tambah Herry. (*)