Kerugian Akibat Ledakan Pelabuhan Beirut Mencapai Rp218,5 Triliun

Petugas pemadam memadamkan sisa-sisa ledakan yang terjadi di Beirut. (REUTERS)

Jakarta, Gempita.co – Pemerintah Lebanon memperkirakan kerugian akibat ledakan yang terjadi pada Selasa, 4 Agustus 2020 mencapai US$20 miliar atau setara Rp218,5 triliun. Data ini diperoleh usai otoritas setempat melihat foto yang diambil dari satelit dan drone dari titik episentrum ledakan.

Stasiun berita ABC Australia, Kamis, 6 Agustus 2020 melaporkan, berdasarkan foto satelit yang juga mereka peroleh, menggambarkan kawasan yang dulunya masuk tujuan pariwisata di Beirut kini dipenuhi dengan puing-puing bangunan serta kaca yang hancur.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Foto-foto drone juga menunjukkan banyak gedung yang berlokasi di sekitar area pelabuhan yang mengalami kehancuran.  Akibat ledakan itu pula, terbentuk kawah di titik episentrum sedalam 200 meter.

Sedangkan, kapal pesiar yang sempat terparkir di pelabuhan turut rusak dan terbalik.  Apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Lebanon untuk memulihkan kondisi ibu kota Beirut? Laman Time, Rabu, 5 Agustus 2020 melaporkan, sebelum terjadi ledakan di Beirut, Lebanon telah diselimuti krisis ekonomi yang parah.

Hal itu dimulai pada Oktober 2019 lalu ketika terjadi unjuk rasa yang diikuti oleh 6 juta warga Lebanon. Mereka memprotes Pemerintah Lebanon yang tidak efisien, banyak korupsi di dalam sistem politiknya, hingga campur tangan negara asing di negaranya, misal dari Iran. Ini menjadi krisis ekonomi terparah di Lebanon sejak 15 tahun lalu sejak tahun 1990 lalu.

Situasi pandemik COVID-19 memperburuk krisis ekonomi di Lebanon. Memang kebijakan pemerintah memberlakukan lockdown bisa mencegah terjadinya aksi unjuk rasa, namun hal itu memukul situasi ekonomi di sana.

Berdasarkan data yang dikutip Time, satu dari tiga warga Lebanon tak memiliki pekerjaan, nilai mata uang Lebanon, Pound Lebanon, terjun bebas 80 persen dibandingkan harga nilai dollar. Listrik di Lebanon hanya tersedia selama beberapa jam setiap harinya.

Dalam laporan yang dibuat oleh organisasi Save The Children pada 28 Juli 2020 lalu, menunjukkan bahwa hampir satu juta orang di Beirut tidak memiliki uang untuk membeli makanan dalam jumlah yang cukup. Direktur Pelaksana organisasi itu, Jad Sakr, menyebut akan ada banyak anak kelaparan di Lebanon sebelum akhir tahun 2020.

Kendati begitu, Bank Dunia pada Rabu kemarin mengaku siap untuk membantu menghitung kerugian dan kebutuhan Lebanon. Mereka juga akan membantu memobilisasi pendanaan publik dan privat untuk rekonstruksi.

Bank Dunia juga menyebut bersedia untuk memprogram ulang sumber daya yang ada dan mengeksplor biaya tambahan untuk menghidupkan kembali kehidupan masyarakat serta lapangan pekerjaan mereka yang hilang.  2. Sekitar 300 ribu warga di Beirut kehilangan tempat tinggal akibat ledakan hebat.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali