Gempita.co – Anwar Ibrahim akhirnya meraih mimpinya, setelah menunggu 24 tahun, menjabat Perdana Menteri Malaysia.
Berkali-kali Anwar Ibrahim hampir selangkah lagi menjadi orang nomor satu di “Negeri Jiran”, tetapi langkahnya selalu terjegal. Anwar dijadwalkan akan disumpah sebagai PM ke-10 oleh Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, Kamis (24/11/2022) pukul 17.00 waktu setempat.
Nama Anwar Ibrahim mulai menjadi perhatian di kancah politik Malaysia setelah dia terjun ke dunia politik bergabung dengan partai berkuasa Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pada 1982 Sebelumnya, dia dikenal sebagai sosok Islami yang memimpin organisasi pemuda Islam Malaysia.
Karier politiknya melesat cepat di bawah didikan mentornya, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Anwar Ibrahim dipercaya menduduki sejumlah jabatan kementerian strategis mulai dari pemuda, pertanian, pendidikan, hingga keuangan.
Puncaknya, Mahathir mengangkatnya sebagai Wakil Perdana Menteri dan calon suksesornya pada 1993 ketika Anwar baru berusia 46 tahun. Nama Anwar dieluk-elukan sebagai rising star pemimpin masa depan Malaysia.
Namun, berselang beberapa tahun kemudian, hubungan Anwar dan Mahathir memburuk. Klimaks ketegangan politik terjadi ketika kedua musuh bebuyutan politik itu berselisih mengenai penanganan krisis ekonomi (krismon) yang mengguncang Asia pada 1998.
Anwar juga kerap mengkritik kronisme akut pemerintahan Mahathir. Dr M–panggilan Mahathir–lalu memecatnya pada 2 September 1998.
Dalam waktu singkat, Anwar Ibrahim menjadi pesakitan politik setelah dia dijebloskan ke penjara karena kasus sodomi, tuduhan yang selalu dibantahnya sebagai upaya untuk menghancurkan karier politiknya.
Suami Wan Azizah itu meringkuk di rumah prodeo selama enam tahun sebelum dibebaskan pada 2004. Selama periode ini, Azizah mendirikan dan memimpin Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang kemudian menjadi kekuatan politik oposisi Malaysia melawan UMNO dan koalisi berkuasa Barisan Nasional (BN)
Memasuki usia 75 tahun, mulai muncul suara-suara mendesak Anwar untuk pensiun.
Tidak sedikit yang menilai era Anwar sudah berakhir dan dia sudah kehilangan sihir politiknya. Suara-suara ini menginginkan dia menyerahkan tongkat estafet oposisi ke generasi yang lebih muda.
Anwar Ibrahim kemudian mematahkan suara-suara sumbang yang selalu meragukannya, Dia akan memimpin koalisi pemerintahan persatuan nasional yang terdiri dari Pakatan Harapan yang meraih kursi terbanyak pada pemilu Malaysia 2022, Barisan Nasional yang adalah musuh lama politiknya, partai regional Sabah Warisan, serta partai-partai kecil lainnya.
*Berbagai Sumber