Kisah Perjuangan Seorang Ibu Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi

Warung Jainab di Pademangan II Gg.20 Jakarta Utara/ist

“Semua pengorbanan tak perlu ia keluhkan. Karena apa rasa simpati dari orang lain tak bisa membayar kebahagiaannya. Ia hanya ingin selalu melihat ketiga anaknya tersenyum, merasa nyaman dan aman. Hal itu sudah bisa membuatnya bahagia,”

Jakarta, Gempita.co-Hidup ini adalah perjuangan tanpa henti. Seorang pejuang sejati akan selalu menikmati untuk terus berjuang hingga akhir hayat nanti. Itulah gambaran semangat perjuangan dari sosok wanita luar biasa bernama Jainab, (45), warga Pademangan Jakarta Utara. Wanita yang biasa disapa Ibu Jay ini berjuang sendiri membesarkan ketiga anaknya setelah suaminya meninggal 14 tahun silam.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Menjadi single parent bukanlah pilihan. Namun, semua itu tak membuatnya kehilangan semangat untuk membesarkan ketiga buah hatinya. Ia tak pernah meratapi nasib, apalagi berkeluh kesah, yang terucap hanya kata syukur dengan segenap upaya perjuangan demi membesarkan ketiga buah hatinya.

“Saya selalu bersyukur dan bersyukur apa yang Allah berikan kepada saya dan keluarga saya.
Sudah tentunya setiap hari saya berdoa semoga Allah memberikan kehidupan yang baik untuk ketiga anak-anak saya kelak bisa berbakti sama orang tua dan berguna bagi bangsa dan negara,” tutur Jainab, saat berbincang dengan Gempita.co di Pademangan, Jakarta Utara, Sabtu (14/3/2020).

Ia bercerita, suami meninggal dunia karena sakit osteoporosis dan asma. Meski awalnya berat, namun ia terima dengan iklas, karena semua sudah ketentuan-Nya.

Jainab dan putrinya Niken Ayu Anggraini/ist

“Anak saya ada tiga, dua laki-laki dan satu perempuan bernama Niken Ayu Anggraini yang kini sudah masuk ke Perguruan Tinggi, alhamdulillah,” ucapnya.

“Sehari-hari saya mencari nafkah dengan usaha warung kecil-kecilan di Pedemangan 2 Gg 20, samping Sekolahan Cicilia. Semua untuk keluarga tercinta saya, ketiga anak saya,” sambungnya.

Semua pengorbanan tak perlu ia keluhkan . Karena apa rasa simpati dari orang lain tak bisa membayar kebahagiaannya. Ia hanya ingin selalu melihat ketiga anaknya tersenyum, merasa nyaman dan aman. Hal itu sudah bisa membuatnya bahagia.

“Alhamdulillah, yang penting masih mendapatkan rezeki, rasa lelah terbayar ketika melihat ketiga anak saya bisa sekolah,” katanya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali