Jakarta, Gempita.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat ditengah pandemi. Terbaru, KKP bekerja sama dengan Komisi IV DPR RI menggelar Pelatihan Aspirasi Budidaya Polikultur Lele dan Sayur di Ambon pada 18-19 November 2020. Selain itu, turut diselenggarakan PelatihanNugget Donut (18/11), Pelatihan Olahan Lumpia Ikan (17/11) , serta Pelatihan Inovasi Teknologi Hemat Energi Kincir Tambak (18/11) secara berani.
Polikultur Lele & Sayur
Diinisasi oleh Anggota Komisi IV DPR RI Abdullah Tuasikal, pelatihan polikultur lele dan sayur diikuti oleh 50 peserta dari 10 kelompok dari Kab. Maluku Tengah dan Kab. Seram Bagian Barat. Guna memastikan protokol kesehatan, kegiatan dilakukan di 6 titik berbeda.
Polikultur merupakan budidaya yang menyatukan lebih dari satu jenis komoditas dalam satu kolam atau wadah yang sama.Dalam pelatihan kali ini, para pesetta diberi pelatihan untuk membudidayakan lele dan sayur dalam ember yang memiliki sejumlah keunggulan. Hal ini berbeda dengan budidaya polikultur pada umumnya yang membutuhkan pompa dan filter.
“Umumnya, polikultur sistem yang berkembang saat ini membutuhkan listrik yang tinggi, lahan yang luas, dan biaya yang tinggi. Sementara sistem polikultur menggunakan ember tidak membutuhkan modal yang besar dan lahan yang tidak terlalu besar. Selain itu, potensi panennya pun tinggi, ”tutur Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja.
Berbagai keunggulan tersebut menjadikan sistem polikultur menggunakan ember yang cocok untuk dijadikan peluang usaha masyarakat luas di mana pun. Oleh karena itu, Sjarief berharap teknologi ini mudah untuk diaplikasikan masyarakat atau kelompok pembudidaya, khususnya di Ambon.
“Kami harap, masyarakat bisa memanfaatkan ilmu yang didapat dari pelatihan ini untuk meningkatkan pendapatan keluarga,” ujarnya.
Anggota Komisi IV DPRI RI Abdullah Tuasikal apresiasinya kepada KKP atas penyelenggaraan pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan budidaya ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Ambon yang tinggal di wilayah cukup dari potensi perikanan tangkap. Terlebih, menurutnya polikultur ini tidak sulit untuk dilakukan.
“Ini sangat praktis. Saya kira, kalau lewat pelatihan ini masyarakat sudah memiliki pengetahuan, mungkin nanti tidak perlu lagi mengandalkan bantuan dari pemerintah saja.Masyarakat sendiri bisa melaksanakan kegiatan percontohan seperti ini, ”tuturnya.
Guna mewujudkannya, Abdullah mendukung KKP untuk membantu memastikan benih ikan yang dibutuhkan. Pasalnya, masyarakat terkendala lokasi yang cukup jauh dari pusat kota.
Ragam Olahan Ikan
Sementara itu, pelatihan nugget donut yang diselenggarakan secara berani atas hasil kolaborasi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan dan P2MKP Marysaguna disambut antusias oleh 438 peserta dari 34 provinsi di Indonesia.
Nugget donut merupakan salah satu bentuk surimi olahan ikan dengan campuran tepung terigu dan tapioka, yang kemudian dikembangkan oleh tepung panir. Olahan ini dapat dijadikan makanan siap saji dan disimpan dalam bentuk baku.
Selain nugget donut , masyarakat juga diberikan pilihan pelatihan olahan lumpia ikan. Lumpia yang merupakan makanan tradisional asal Tiongkok ini memang banyak digemari masyarakat Indonesia. Bahkan meski bukan berasal dari Indonesia, lumpia dikenal sebagai jajanan khas Semarang. Tak jarang masyarakat melakukan kreasi pada pembuatan lumpia yang disesuaikan dengan potensi dan kekhasan daerahnya masing-masing.
Kali ini, jajanan berupa lembaran tipis dari tepung gandum yang biasanya diisi dengan aneka sayuran dan daging ini akan diolah menggunakan beraneka jenis ikan.
Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan apresiasi terhadap Ketua P2MKP Marsyaguna, Istiqomah yang telah bersedia berbagi ilmu bersama masyarakat. Ia penilaian, ilmu atau keterampilan yang diberikan ini dapat menjadi alternatif pilihan pengembangan usaha bagi masyarakat.
Menurut Lilly, hal yang kerap menjadi hambatan dalam mengolah hasil perikanan adalah bau amis pada ikan.Untuk itu penanganan proses penanganan yang tepat, mulai dari pemilihan ikan, penyiapan ikan, pencucian ikan, dan perlakuan tambahan lain yang dibutuhkan.
“Bau amis ini kadang membuat orang-orang, terutama anak-anak kecil tidak senang makan ikan. Nah, bagaimana caranya ke depan agar ikan itu semakin digemari karena Indonesia punya target peningkatan konsumsi ikan masyarakat Indonesia. Mudah-mudahan di tahun 2021 kapaian kita kurang lebih 58 kg per kapita, ”jelas Lilly.
Peningkatan angka konsumsi ikan ini digalakkan pemerintah untuk menekan angka stunting (hambatan pertumbuhan tubuh) dan meningkatkan kecerdasan menciptakan bangsa. Pasalnya, ikan kaya kandungan protein dan Omega 3 yang baik untuk pertumbuhan fisik dan otak.
Inovasi Henkita
Adapun di bidang tambak, KKP mengembangkan inovasi teknologi Hemat Energi Kincir Tambak (Henkita) yang dapat menerapkan energi listrik dalam kegiatan budidaya. Henkita menggunakan penggunaan motor listrik 1 fase, yang berbeda dengan kincir angin yang dijual di pasaran yang menggunakan motor listrik 3 fase.
“Penggunaan kincir tentu tak bisa dilepaskan dari kegiatan budidaya. Kincir dibutuhkan untuk menambah oksigen dalam kolam sehingga ikan di dalamnya tumbuh lebin cepat dan sehat.Namun, dengan hemat listrik yang digunakan, kami harap kegiatan budidaya bisa dilakukan dengan lebih efisien dan memberikan keuntungan yang optimal, ”ucapnya.
Tak hanya itu, Lilly mengatakan bahwa inovasi ini dapat memperluas kegiatan budidaya masyarakat. Sebab, hal ini memungkinkan masyarakat yang tinggal di wilayah dengan akses listrik yang terbatas pun untuk berbudidaya.
Inovasi ini dipandang dapat mendorong semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk berbudidaya, sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan produksi budidaya udang hingga 250% pada tahun 2024.
Sumber: HUMAS BRSDM KP