Jakarta, Gempita.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Pelatihan Pengelolaan Sampah Pesisir dan Sungai dan Pelatihan Pembesaran Udang Vaname bagi masyarakat Jawa Timur selama lima hari pada 16-20 November 2020.
Bertempat di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, pelatihan diikuti oleh 68 peserta dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Peserta merupakan masyarakat pesisir dan sempadan sungai, serta pembudidaya udang. Beberapa diantaranya yaitu Kab. Banyuwangi, Kab. Jombang, Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya, Kab. Malang, Kab. Kediri, Kab. Situbondo, dan Kab. Gresik.
Gerakkan Warga Pesisir dan Sempadan Sungai
Dalam pelatihan pengelolaan sampah, para peseta diberikan sejumlah materi seperti cara memilah sampah, mengenal ekosistem dan konservasi, mengolah sampah plastik menjadi bijih plastik, dan memanfaatkan sampah organik untuk budidaya magot.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja menyebut, pelatihan pengelolaan sampah bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan sempadan sungai sangat penting. Pasalnya, mereka dapat berkontribusi secara langsung membantu mencegah mengalirnya sampah yang berada di sekitar lingkungannya ke sungai dan laut.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia tercatat sebagai negara nomor 2 penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia. Tentu ini menjadi catatan yang kurang baik,” ucapnya.
“Mudah-mudahan apa yang kita lakukan dalam pelatihan ini akan menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menular ke masyarakat di wilayah-wilayah lainnya. Jadi, gerakan dari kelompok-kelompok kecil masyarakat ini jika dilakukan di banyak tempat akan berdampak besar untuk mengurangi sampah plastik yang ada di Indonesia,” tutur Sjarief.
Tak hanya itu, ia menyebut bahwa pengelolaan sampah dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Sebab, sampah yang umumnya dinilai tak bermanfaat sebenarnya dapat diolah menjadi barang bernilai tambah.
Hal tersebut telah dirasakan oleh masyarakat di Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kec. Jabon, Kab. Sidoarjo yang memanfaatkan sampah di sekitar Sungai Brantas. Setiap harinya mereka mengumpulkan sampah yang berasal dari lingkungan sekitar mereka ke bank sampah yang tersedia.
Selanjutnya, Pokmaswas setempat mengolah sampah plastik yang terkumpul menjadi bijih plastik yang kemudian dijual ke pabrik-pabrik sekitar. Sementara limbah organik rumah tangga dimanfaatkan untuk membudidayakan magot sebagai pakan ikan dan ternak.
Sebagai kompensasi, setiap bulan pun kumpulan sampah yang dikumpulkan dan tercatat dalam “Buku Tabungan Bank Sampah” milik masing-masing warga dijumlahkan untuk diberikan kompensasi yang sesuai.
“Jadi, ternyata sampah yang selama ini umumnya kita anggap sebagai sesuatu yang tidak berguna itu bisa mendatangkan pendapatan untuk membantu pemenuhan kebutuhan keluarga kita,” ucap Sjarief.
Untuk itu, ia pun mengajak agar para peserta sungguh-sungguh mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari pelatihan kali ini untuk menggerakkan masyarakat di daerah tempat tinggalnya masing-masing memanfaatkan sampah yang ada di sekitarnya.
Kepala Dinas Perikanan Sidoarjo Bachruni Aryawan menyambut baik bantuan alat pengolahan sampah beserta pendampingan yang diberikan KKP bagi masyarakat di daerahnya. Ia menyebut, pendampingan ini sangat bermanfaat, terutama dalam memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat Kab. Sidoarjo, khususnya Desa Kupang.
“Kami harap, masyarakat bisa memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk mengolah sampah dari rumah tangga dan sungai di sekitarnya,” ujarnya.
Dorong Pembudidaya Vaname Tingkatkan Produksi
Adapun terkait pelatihan pembesaran udang vaname, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati menyebut bahwa komoditas dipilih sejalan dengan pencanangan target Presiden RI Joko Widodo untuk meningkatkan ekspor udang hingga 250% pada 2024 mendatang.
Sejalan dengan itu, KKP tengah terus mendorong pemanfaatan besarnya potensi lahan yang ada untuk membangun tambak sehingga dapat meningkatkan produksi nasional.
“Kami harap, informasi-informasi termutakhir yang diberikan lewat pelatihan kali ini nantinya bisa diaplikasikan di tambak-tambak udang bapak/ibu sehingga peningkatan produksinya pun menjadi lebih baik,” ucapnya.
Dalam pelatihan ini, para peserta diberikan materi meliputi cara menyiapkan wadah dan media pemeliharaan, cara mengelola kesehatan udang, cara menebar benih, cara memonitoring pertumbuhan udang, serta proses panen dan pasca panen.
Lilly mengungkapkan bahwa vaname memiliki banyak keunggulan dibdandingkan jenis udang lainnya untuk dibudidayakan di Indonesia. Pasalnya, vaname memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit dan toleran terhadap perubahan suhu air dan oksigen terlarut.
“Selain itu, vaname juga memiliki kebutuhan protein yang relatif lebih rendah dibandingkan jenis udang lainnya. Pertumbuhannya pun cukup cepat,” lengkapnya.
Ia menginformasikan, KKP melalui Puslatluh KP tengah terus berupaya memberikan layanan kepada masyarakat lewat penyelenggaraan berbagai pelatihan gratis di tengah pandemi saat ini. Sepanjang pekan lalu (10-14/11), sebanyak total 1.716 peserta dari 34 provinsi di Indonesia mengikuti beragam pelatihan yang diselenggarakan secara daring. Beberapa diantaranya yaitu pembenihan ikan mas gurami putih, pembenihan ikan koi, pengolahan mie ikan, dan budidaya magot.
“Alhamdulillah catatan menunjukkan bahwa sektor perikanan Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tengah pandemi saat ini. Kami harap, berbagai pelatihan yang diselenggarakan ini dapat mendorong perekonomian masyarakat,” tandas Lilly.
Sumber: Humas BRSDM